BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Miopia adalah suatu kelainan mata dimana sinar sejajar yang datang
dari jarak tidak terhingga akan dibiaskan di depan retina. Faktor resiko yang
paling nyata adalah berhubungan dengan aktivitas jarak dekat, seperti membaca,
menulis, menggunakan komputer dan bermain video game. Selain aktivitas,
miopia juga berhubungan dengan genetik. Anak dengan orang tua yang miopia
cenderung mengalami miopia. Prevalensi miopia pada anak dengan kedua orang tua
miopia adalah 32,9%, sedangkan 18,2% pada anak dengan salah satu orang tua yang
miopia dan kurang dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopia (RISKESDAS,
2013)
Penelitian di Pelayanan Kesehatan Umum Amerika Serikat, miopia
diperkirakan sebagai peringkat ketujuh penyebab kebutaan pada usia pertengahan
awal dengan prevalensi sekitar 2,1%. Prevalensi miopia mencapai 70-90% pada
beberapa populasi di Asia, seperti di Hongkong, Taiwan, Singapura, dan Jepang
tingkatan prevalensi miopia mencapai 80%. Hal ini didukung dengan hasil penelitian lain
dibeberapa rumah sakit di Indonesia ditemukan insidens penderita miopia
berkisar antara 50% sampai 80,3% dari semua gangguan tajam penglihatan (USPHS,
2010).
Latihan mata didefinisikan sebagai rangkaian gerakan yang
berfungsi sebagai aktivitas untuk memperkuat otot mata, meningkatkan fokus
penglihatan, pergerakan mata, dan stimulasi pusat penglihatan pada otak. Latihan
mata memiliki berbagai gerakan yang bermacam-macam dan berbeda versi untuk
setiap jenisnya, setiap jenis rangkaian gerakan memiliki manfaat tersendiri
seperti untuk memperbaiki penglihatan yang kabur ketika melihat jauh ataupun
sebaliknya (Alan, 2014).
Dikarenakan masalah tersebut diatas kami selaku mahasiswa
keperawatan melakukan analisis jurnal keperawatan yang berisi tentang terapi
latihan mata untuk melihat keefektifannya dalam mengontrol miopia pada remaja
dengan umur 12-15 tahun, yang nanti diharapkan dapat mengontrol perkembangan
miopia pada remaja dengan umur 12-15 tahun di Indonesia.
1.2
Tujuan Penulisan
1.
Menganalisa
dan mengkritik jurnal terkait dengan terapi latihan mata.
2.
Penjelasan
tentang terapi latihan mata untuk mengontrol miopia.
BAB II
JURNAL PENELITIAN
Vision Therapy-Based Program for Myopia Control in
Adolescents
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Penelitian
a. Judul Penelitian
Vision Therapy-Based Program for Myopia Control in
Adolescents
b. Pengarang
Samia A. Abdel Rahman Mohamed; Department of Health Rehabilitation
Sciences,
College of Applied Medical Sciences, King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia
College of Applied Medical Sciences, King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia
c. Sumber
d. Major/ Minor subject (Key Words)
Vision therapy, Eye
exercises, Visual disorders, Myopia, Visual acuity
e. Abstract
Vision therapy and
rehabilitation have been used to successfully treat a wide range of visual
disorders for over 90 years. Eye exercises are considered as one of the vision
therapy-based program. Myopia as a refractive defect of the eye could be
controlled through the use of vision therapy. The purpose of this study was to
investigate the effectiveness of specifically designed eye exercises program on
myopia control for Saudi female adolescents. Fifteen female students were
recruited from two schools in Riyadh city. They ranged in age from 12 to15
years. A program of eye exercises was practiced by all subjects for six weeks.
Visual acuity was measured by the use of an auto refraction device before and
after six weeks of training. The results revealed a significant improvement of
visual acuity in both right (p=0.028) and left eyes (p= 0.020) indicating that
eye exercises as vision therapy-based program could improve visual acuity for
female adolescents with myopia.
f. Tanggal Publikasi
13
Maret 2013
3.2 Deskripsi penelitian berdasarkan metode PICO:
a. Tujuan penelitian
Menyelidiki
keefektifan latihan mata khusus yang didesain untuk mengotrol miopia pada
remaja putri di Saudi Arabia dengan umur 12 – 15 tahun.
b. Desain Penelitian
Exploratory-causal
design
c. Analisis PICO dan
Critical Thingking
Populasi / Sample
Total sampel yang
didapatkan berjumlah 15 orang remaja putri yang secara acak didapatkan dari 2
sekolah di kota Riyadh (5 orang subjek dari sekolah Al-Khaleej dan 10 orang
subjek dari sekolah menengah putri 44).
Kriteria
inklusi
1.
Remaja putri Saudi Arabia
yang menderita miopia yang tidak melebihi -3,50 D.
2.
Berumur 12 – 15
tahun.
3. Memakai kacamata setidaknya selama setahun.
Critical
Thinking
Usia remaja
yang berada pada rentang 12 – 18 tahun merupakan usia puncak terjadinya miopia
dan lebih sering terjadi pada anak perempuan dari pada anak laki-laki dengan
perbandingan 1,4 : 1 serta lebih sering terjadi pada keluarga kalangan menengah
ke atas dengan prevalensi 30% .Selain itu,
progresvitas miopia juga tetap berlanjut pada orang dewasa muda dan berhenti
pada usia 25 tahun ke atas (Suopartono, 2006).
Intervensi
Auto Refraction Device (WR-5100k,
Autorefractor/Keratometer) digunakan untuk memastikan tingkat miopia (ketajaman
penglihatan) sebelum dan sesudah 6 minggu latihan mata. Pita pengukur digunakan
untuk menentukan jarak dalam beberapa latihan mata. Stopwatch digunakan untuk
menentukan kalkulasi waktu untuk setiap latihan mata.
Prosedur yang digunakan telah disetujui
oleh Menteri Pendidikan di Kota Riyadh dan telah dikirimkan kepada
masing-masing orang tua subjek serta telah mendapatkan persetujuan dari pihak
orang tua. Prosedur yang dilaksanakan langkah demi langkah kepada setiap subjek
:
1. Miopia telah diukur oleh optometri
2. Program latihan mata telah diperkenalkan
kepada seluruh subjek secara individu
3. Miopia telah diukur dari setiap subjek
oleh optometri setelah 6 minggu perawatan.
Program latihan mata ini memiliki 2
program yaitu program Office exercises dan Home Exercises.
a. Office
exercises
1. Latihan telapak tangan
Subjek
diminta untuk menghangatkan telapak tangannya dengan cara menggosokkannya satu
sama lain, Pangkal jari kelingking kanan akan berada diatas pangkal jari
kelingking kiri membentuk huruf “V”
terbalik. Subjek diminta untuk menutupi kedua matanya dengan telapak tangan, pangkal
jari kelingking kanan akan berada pada batang hidung (untuk menghindari
penekanan pada bola mata, apabila subjek dapat melihat cahaya melalui sela-sela
jari maka subjek diminta untuk merapatkan jari-jarinya hingga matanya tertutup
penuh dan tidak dapat melihat apapun. Kehangatan dari kedua tangan dan
menghalangi cahaya untuk masuk akan membuat tekanan bola mata turun dan membuat
bola mata rileks, latihan dilakukan dengan posisi duduk dikursi kelas dan
bersandar sehingga kedua siku akan diistirahatkan diatas meja kelas.
2. Latihan berayun.
Latihan
ini berguna untuk menetralkan menetapkan pandangan dan meningkatkan penglihatan
mata dengan gerakan untuk mengembalikan proses melihat, setiap subjek diminta
untuk fokus pada sebuah objek didepannya saat subjek diminta untuk berdiri dari
posisi duduk. Kemudian subjek diminta untuk mengayunkan keseluruhan badannya
kekanan kemudian kekiri saat subjek tetap fokus kepada objek, objek berwarna
kuning cerah yang diletakkan pada papan tulis sejauh 2 meter dengan ketinggian
1,15 meter dari lantai.
3. Latihan pemusatan (fiksasi pusat)
Pemusatan
diadakan pada saat ini, latihan ini untuk melatih mata agar tidak berlebihan
dalam bekerja, latihan in melibatkan latihan mata untuk fokus pada 1 titik dari
keseluruhan gambar. Setiap subjek diminta untuk melihat bagian-bagian dari
gambar yang diletakkan dipapan tulis dengan jarak 2 meter dan tinggi 1,15 meter
dari lantai, subjek diminta untuk memberi nama setiap bagian dari gambar.
Latihan ini dilakukan dengan posisi akan berdiri dari duduk.
Office exercises 1 dan 2 dilakukan ketika subjek
menggunakan kaca mata, latihan ini dilakukan ketika waktu sekolah sekitar jam
08.00 pagi sampai jam 12.00 siang. Setiap latihan yang dilakukan memakan waktu
1 menit dan 3x pengulangan dengan sela istirahat selama 30 detik diantaranya,
total latihan memakan waktu 9 menit dengan sela 4 menit istirahat. Oleh karena
itu Office exercises dilakukan selama 13-15 per harinya untuk setiap
subjek, latihan ini dilaksanakan pada hari senin dan selasa setiap minggu selama
6 minggu.
b. Home
exercises
1. Melihat kearah dahi.
2. Melihat kearah hidung.
3. Melihat kearah bahu kanan tanpa
menolehkan kepala.
4. Melihat kearah bahu kiri tanpa menolehkan
kepala.
Setiap Home exercises dipraktikkan
selama setengah menit kemudian rileks selama setengah menit dengan cara menutup
mata dan menghangatkannya dengan telapak tangan dan meletakkannya diatas mata.
Subjek diminta untuk mempraktikkan Home
exercises 2x setiap hari dirumah, sekali sebelum sekolah dan sebelum tidur
saat subjek tidak memakai kaca mata. Setiap latihan dilakukan selama 1 menit
dan 3x pengulangan dengan istirahat 30 detik diantaranya. Subjek diaharapkan
untuk menyelesaikan 24 menit latihan setiap hari selama 6 minggu.
Critical
Thinking
Terdapat jenis lain dari latihan mata, yaitu latihan
yang dilakukan oleh Vandana pada tahun 2011, latihan mata tersebut terdiri dari
beberapa gerakan mata seperti memutar dan melihat sejauh mungkin ke kiri dan ke
kanan, dilanjutkan dengan gerakan kembali dan seterusnya dari kiri ke kanan
sebanyak sepuluh kali.
Memutar mata ke atas, melihat sejauh mungkin ke atas
tanpa mengangkat kepala, memutar mata ke bawah dan melihat sejauh mungkin ke
bawah tanpa menundukkan kepala.
Angkat mata, dan melihat ke samping atas dari kiri dan
turunkan mata dengan melihat kesamping pada sisi lain, melihat kebawah yang
dimulai dengan melihat ke atas terlebih dahulu. Angkat mata dengan melihat ke
samping kanan kemudian jangkau penglihatan ke samping bawah sebelah kiri,
ulangi dan lanjutkan seperti gerakan sebelumnya.
Putar mata membentuk lingkaran, ke kiri atas ke kanan
bawah dengan gerakan memutar, kemudian berhenti dan putar kearah sebaliknya,
lakukan sampai penglihatan terasa lelah.
Tutup mata dengan erat dan kuat, tekan dengan kelopak
mata secara bersamaan, buka mata dan ulangi sebanyak sepuluh kali.
Latihan mata ini harus dilakukan dengan diiringi musik
dan pertama hanya dua sampai empat kali pengulangan. Misalnya dengan melihat
secara silang dan melihat batang hidung dengan kedua mata secara bersamaan.
Namun, latihan mata ini tidak memiliki efek terhadap
peningkatan ketajaman penglihatan dan hanya berefek pada Near Point of
Convergence (NPC) (Vandana, 2011). Sehingga metode yang digunakan di jurnal
milik Vandana pada tahun 2011 tidak lebih baik dibandingkan jurnal yang kami
analisis sekarang karena jurnal tersebut tidak memiliki efek terhadap
peningkatan ketajaman penglihatan.
Pada dasarnya setiap jurnal memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing yang mana membebaskan para pembaca untuk memilih
jurnal, apabila ingin menerapkan intervensi latihan mata yang efektif untuk
mengurangi perkembangan miopia dan meningkatkan ketajaman penglihatan maka
gunakan jurnal milik Samia tahun 2013 yang kami analisis sekarang. Tetapi,
apabila ingin menerapkan intervensi latihan mata yang lebih meningkatkan Near
Point of Convergence (NPC) maka gunakan jurnal milik Vandana tahun 2011
yang kami jadikan sebagai pembanding.
Compare
Hasil jurnal ini
menunjukkan bahwa latihan mata secara signifikan meningkatkan ketajaman
penglihatan pada responden yang dibuktikan oleh analisis Paired Simple
T-Test dan pengukuran optometri. Namun, menurut penelitian yang dilakukan
oleh Vandana pada tahun 2011 dengan intervensi yang sama namun memiliki jumlah
responden yang berbeda menunjukkan bahwa latihan mata tidak memiliki efek sama
sekali terhadap ketajaman penglihatan yang dibuktikan dengan pembacaan snellen
chart dan pemeriksaan oleh optamologis. Tapi latihan mata meningkatkan Near
Point of Convergence (NPC).
Critical
Thinking
Hasil yang berbeda pada dua jurnal di atas kemungkinan disebabkan oleh
lamanya terapi dan waktu penelitian, pada jurnal yang kami analisis ini
peneliti menggunakan waktu penelitian selama 6 minggu dengan rincian terapi
yang sudah dijelaskan sebelumnya, sedangkan pada jurnal Vandana, 2011
penelitian memakan waktu selama 4 minggu yang berarti terapi yang dilakukan
memakan waktu lebih sedikit dan tidak terlalu rumit. Hal tersebut kemungkinan
berdampak pada perbedaan hasil diantara dua jurnal.
Outcome
Analisis statistik dilakukan pada 15 orang remaja putri dengan miopia,
dengan rentang umur 12-15 tahun (mean 13,60 ± 0,99 tahun). Data
statistik yang dianalisis menunjukkan mean dan standar deviasi dari ketajaman
penglihatan sebelum dan setelah 6 minggu tindakan. (Tabel 1).
Paired Simple T-Test menunjukkan peningkatan signifikan pada ketajaman penglihatan
yang dibandingkan dengan nilai mean pre-intervensi dengan nilai mean
post-intervensi pada mata kanan (p= 0,028) dan mata kiri (p=0,020).
(tabel 1 dan figure 1).
Critical
Thinking
Latihan mata pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan ketajaman penglihatan atau mengontrol
miopia sehingga tidak bertambah parah, namun penelitian yang dilakukan tidak
selalu menghasilkan hasil yang sesuai keinginan seperti penelitian yang
dilakukan oleh Vandana tahun 2011, menunjukkan bahwa latihan mata pada pasien
dengan miopia tidak memiliki efek pada ketajaman penglihatan namun hanya
berefek pada Near Point of
Convergence (NPC). Selain itu,
ada penelitian lain yang lebih mengutamakan pengobatan farmakologi pada pasien
dengan miopia seperti penelitian yang dilakukan oleh Jeffrey pada tahun 2014, menurut jurnal ini adalah
obat anti-muskarinik topikal lebih efektif dibandingkan dengan intervensi
apapun dalam mengurangi perkembangan miopia.
3.3. Kelebihan dan Kekurangan
1. Kelebihan
Penjelasan tentang
intervensi sangat jelas dan mudah difahami sehingga memudahkan proses analisis
dan pemahaman.
2. Kekurangan
Tidak adanya kelompok
kontrol dengan perlakuan seperti terapi penglihatan sebagai pembanding
intervensi.
3.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menunjukkan bahwa
terapi penglihatan secara klinis terbukti mampu mengontrol miopia pada remaja
dengan usia 12-15 tahun. Selain itu terapi latihan mata ini mudah dilakukan dan
tanpa menggunakan biaya yang besar sehingga bisa diterapkan oleh berbagai
kalangan.
2. Manfaat Praktis
Terapi penglihatan yang
diterapkan dijurnal ini sangat bermanfaat dan dapat diterapkan di Indonesia
karena selain mudah dipraktikkan harganya juga terjangkau dan bisa dipraktikkan
dirumah pasien, disamping itu juga terapi atau pengobatan untuk mata khususnya
miopia hanya terbatas pada penggunaan obat atau terapi lain yang memakan lebih
banyak biaya dan susah untuk diterapkan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Miopia adalah suatu kelainan pada
mata yang mana cahaya yang seharusnya jatuh tepat diretina tetapi malah jatuh
didepan retina sehingga retina tidak bisa menangkap cahaya secara maksimal.
Menurut beberapa penelitian miopia kebanyakan disebabkan oleh keturunan (herediter)
dan aktivitas yang sering menggunakan penglihatan jarak dekat seperti membaca,
menonton TV, bermain game, dan mengetik didepan komputer.
Intervensi yang diterapkan dijurnal
ini sangat efektif dalam mengontrol miopia pada remaja dengan usia 12-15 tahun,
selain itu terapi ini mudah dilakukan dan murah sehingga dapat dengan mudah
diterapkan di Indonesia.
A.
Saran
Perlu dilakukan penelitian ulang dengan jumlah sampel yang lebih
banyak dan terdapat kelompok kontrol yang menerima intervensi yang mirip dengan
terapi penglihatan untuk menentukan keefektifan terapi penglihatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arbaatun, F. (2010). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Miopia pada Anak Usia 8-12 Tahun (Studi Kasus di SD Muhammadiyah
Bendo, Kec. Kalibawang, Kab. Kulon Progo). Skripsi.
Arianti, M. P., dr. Moh. Iqbal, S. M., & Agustina Arundina, S.
M. (2012). Association of Parental Myopia adn Time Spent in Near Work with
Myopia in Medical Student Faculty of Medicine Tanjungpura University Grade
2010-2012. Pontianak. Skripsi.
Ilyas
S, Tanzil M, Salamun dkk. (2003). Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta, 5-6.
Mohamed, S. A. (2013). Vision Therapy-Based Program for Myopia
Control in Adolescents. Middle-East Journal of Scientific Research,
390-396.
Rathod.
J. Vandana, (2011). Effect of Eye Exercises on Myopia - Randomized
Controlled Study. JPBMS, 1-4. http://www.jpbms.info.
RI, B. P. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Scheiman.
Mitchell, (2003). Nearpoint of Convergence: Test Procedure, Target Selection, and
Normative Data.Optometri and Vision Science. 214.
Sherman,
A. and L.J. Press, (2007). Myopia control therapy. In: Press, LJ.
Applied Concepts in Vision Therapy. Optometric Extension Program, Santa Ana,
CA, pp. 298-309.
Tanjung
H. (2003). Perbedaan Rata-rata Rigiditas Okuler pada Miopia dan
Hipermetropia di RSUP H. USU Digital Library. Adam Malik Medan. Medan, 2-3
Walline.
J. Jeffrey, (2014) Intervention to Slow Progression of Myopia in Children.
NIH Public Access. 29-30.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar