Cari Blog Ini

Minggu, 14 Juni 2015

Analisis Jurnal 7 (link jurnal termasuk)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Miopia adalah suatu kelainan mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tidak terhingga akan dibiaskan di depan retina. Faktor resiko yang paling nyata adalah berhubungan dengan aktivitas jarak dekat, seperti membaca, menulis, menggunakan komputer dan bermain video game. Selain aktivitas, miopia juga berhubungan dengan genetik. Anak dengan orang tua yang miopia cenderung mengalami miopia. Prevalensi miopia pada anak dengan kedua orang tua miopia adalah 32,9%, sedangkan 18,2% pada anak dengan salah satu orang tua yang miopia dan kurang dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopia (RISKESDAS, 2013)
Penelitian di Pelayanan Kesehatan Umum Amerika Serikat, miopia diperkirakan sebagai peringkat ketujuh penyebab kebutaan pada usia pertengahan awal dengan prevalensi sekitar 2,1%. Prevalensi miopia mencapai 70-90% pada beberapa populasi di Asia, seperti di Hongkong, Taiwan, Singapura, dan Jepang tingkatan prevalensi miopia mencapai 80%. Hal ini  didukung dengan hasil penelitian lain dibeberapa rumah sakit di Indonesia ditemukan insidens penderita miopia berkisar antara 50% sampai 80,3% dari semua gangguan tajam penglihatan (USPHS, 2010).
Latihan mata didefinisikan sebagai rangkaian gerakan yang berfungsi sebagai aktivitas untuk memperkuat otot mata, meningkatkan fokus penglihatan, pergerakan mata, dan stimulasi pusat penglihatan pada otak. Latihan mata memiliki berbagai gerakan yang bermacam-macam dan berbeda versi untuk setiap jenisnya, setiap jenis rangkaian gerakan memiliki manfaat tersendiri seperti untuk memperbaiki penglihatan yang kabur ketika melihat jauh ataupun sebaliknya (Alan, 2014).
Dikarenakan masalah tersebut diatas kami selaku mahasiswa keperawatan melakukan analisis jurnal keperawatan yang berisi tentang terapi latihan mata untuk melihat keefektifannya dalam mengontrol miopia pada remaja dengan umur 12-15 tahun, yang nanti diharapkan dapat mengontrol perkembangan miopia pada remaja dengan umur 12-15 tahun di Indonesia.
1.2  Tujuan Penulisan
1.      Menganalisa dan mengkritik jurnal terkait dengan terapi latihan mata.
2.      Penjelasan tentang terapi latihan mata untuk mengontrol miopia.
BAB II
JURNAL PENELITIAN
Vision Therapy-Based Program for Myopia Control in Adolescents



























BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Penelitian
a. Judul Penelitian
Vision Therapy-Based Program for Myopia Control in Adolescents
b. Pengarang
Samia A. Abdel Rahman Mohamed; Department of Health Rehabilitation Sciences,
College of Applied Medical Sciences, King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia
c. Sumber
www.idosi.org/mejsr/mejsr13(3)13/15.pdf DOI: 10.5829/idosi.mejsr.2013.13.3.46
d. Major/ Minor subject (Key Words)
Vision therapy, Eye exercises, Visual disorders, Myopia, Visual acuity
e. Abstract
Vision therapy and rehabilitation have been used to successfully treat a wide range of visual disorders for over 90 years. Eye exercises are considered as one of the vision therapy-based program. Myopia as a refractive defect of the eye could be controlled through the use of vision therapy. The purpose of this study was to investigate the effectiveness of specifically designed eye exercises program on myopia control for Saudi female adolescents. Fifteen female students were recruited from two schools in Riyadh city. They ranged in age from 12 to15 years. A program of eye exercises was practiced by all subjects for six weeks. Visual acuity was measured by the use of an auto refraction device before and after six weeks of training. The results revealed a significant improvement of visual acuity in both right (p=0.028) and left eyes (p= 0.020) indicating that eye exercises as vision therapy-based program could improve visual acuity for female adolescents with myopia.

f. Tanggal Publikasi
13 Maret 2013
3.2 Deskripsi penelitian berdasarkan metode PICO:
a. Tujuan penelitian
Menyelidiki keefektifan latihan mata khusus yang didesain untuk mengotrol miopia pada remaja putri di Saudi Arabia dengan umur 12 – 15 tahun.
b. Desain Penelitian
Exploratory-causal design
c. Analisis PICO dan Critical Thingking
Populasi / Sample
            Total sampel yang didapatkan berjumlah 15 orang remaja putri yang secara acak didapatkan dari 2 sekolah di kota Riyadh (5 orang subjek dari sekolah Al-Khaleej dan 10 orang subjek dari sekolah menengah putri 44).
                        Kriteria inklusi
1.      Remaja putri Saudi Arabia yang menderita miopia yang tidak melebihi -3,50 D.
2.      Berumur 12 – 15 tahun.
3.      Memakai kacamata setidaknya selama setahun.
            Critical Thinking
                        Usia remaja yang berada pada rentang 12 – 18 tahun merupakan usia puncak terjadinya miopia dan lebih sering terjadi pada anak perempuan dari pada anak laki-laki dengan perbandingan 1,4 : 1 serta lebih sering terjadi pada keluarga kalangan menengah ke atas dengan prevalensi 30% .Selain itu, progresvitas miopia juga tetap berlanjut pada orang dewasa muda dan berhenti pada usia 25 tahun ke atas (Suopartono, 2006).

Intervensi
Auto Refraction Device (WR-5100k, Autorefractor/Keratometer) digunakan untuk memastikan tingkat miopia (ketajaman penglihatan) sebelum dan sesudah 6 minggu latihan mata. Pita pengukur digunakan untuk menentukan jarak dalam beberapa latihan mata. Stopwatch digunakan untuk menentukan kalkulasi waktu untuk setiap latihan mata.
Prosedur yang digunakan telah disetujui oleh Menteri Pendidikan di Kota Riyadh dan telah dikirimkan kepada masing-masing orang tua subjek serta telah mendapatkan persetujuan dari pihak orang tua. Prosedur yang dilaksanakan langkah demi langkah kepada setiap subjek :
1.      Miopia telah diukur oleh optometri
2.      Program latihan mata telah diperkenalkan kepada seluruh subjek secara individu
3.      Miopia telah diukur dari setiap subjek oleh optometri setelah 6 minggu perawatan.
Program latihan mata ini memiliki 2 program yaitu program Office exercises dan Home Exercises.
a.       Office exercises
1.      Latihan telapak tangan
Subjek diminta untuk menghangatkan telapak tangannya dengan cara menggosokkannya satu sama lain, Pangkal jari kelingking kanan akan berada diatas pangkal jari kelingking kiri membentuk  huruf “V” terbalik. Subjek diminta untuk menutupi kedua matanya dengan telapak tangan, pangkal jari kelingking kanan akan berada pada batang hidung (untuk menghindari penekanan pada bola mata, apabila subjek dapat melihat cahaya melalui sela-sela jari maka subjek diminta untuk merapatkan jari-jarinya hingga matanya tertutup penuh dan tidak dapat melihat apapun. Kehangatan dari kedua tangan dan menghalangi cahaya untuk masuk akan membuat tekanan bola mata turun dan membuat bola mata rileks, latihan dilakukan dengan posisi duduk dikursi kelas dan bersandar sehingga kedua siku akan diistirahatkan diatas meja kelas.


2.      Latihan berayun.
Latihan ini berguna untuk menetralkan menetapkan pandangan dan meningkatkan penglihatan mata dengan gerakan untuk mengembalikan proses melihat, setiap subjek diminta untuk fokus pada sebuah objek didepannya saat subjek diminta untuk berdiri dari posisi duduk. Kemudian subjek diminta untuk mengayunkan keseluruhan badannya kekanan kemudian kekiri saat subjek tetap fokus kepada objek, objek berwarna kuning cerah yang diletakkan pada papan tulis sejauh 2 meter dengan ketinggian 1,15 meter dari lantai.
3.      Latihan pemusatan (fiksasi pusat)
Pemusatan diadakan pada saat ini, latihan ini untuk melatih mata agar tidak berlebihan dalam bekerja, latihan in melibatkan latihan mata untuk fokus pada 1 titik dari keseluruhan gambar. Setiap subjek diminta untuk melihat bagian-bagian dari gambar yang diletakkan dipapan tulis dengan jarak 2 meter dan tinggi 1,15 meter dari lantai, subjek diminta untuk memberi nama setiap bagian dari gambar. Latihan ini dilakukan dengan posisi akan berdiri dari duduk.
Office exercises 1 dan 2 dilakukan ketika subjek menggunakan kaca mata, latihan ini dilakukan ketika waktu sekolah sekitar jam 08.00 pagi sampai jam 12.00 siang. Setiap latihan yang dilakukan memakan waktu 1 menit dan 3x pengulangan dengan sela istirahat selama 30 detik diantaranya, total latihan memakan waktu 9 menit dengan sela 4 menit istirahat. Oleh karena itu Office exercises dilakukan selama 13-15 per harinya untuk setiap subjek, latihan ini dilaksanakan pada hari senin dan selasa setiap minggu selama 6 minggu.
b.      Home exercises
1.      Melihat kearah dahi.
2.      Melihat kearah hidung.
3.      Melihat kearah bahu kanan tanpa menolehkan kepala.
4.      Melihat kearah bahu kiri tanpa menolehkan kepala.
Setiap Home exercises dipraktikkan selama setengah menit kemudian rileks selama setengah menit dengan cara menutup mata dan menghangatkannya dengan telapak tangan dan meletakkannya diatas mata.
Subjek diminta untuk mempraktikkan Home exercises 2x setiap hari dirumah, sekali sebelum sekolah dan sebelum tidur saat subjek tidak memakai kaca mata. Setiap latihan dilakukan selama 1 menit dan 3x pengulangan dengan istirahat 30 detik diantaranya. Subjek diaharapkan untuk menyelesaikan 24 menit latihan setiap hari selama 6 minggu.
            Critical Thinking
Terdapat jenis lain dari latihan mata, yaitu latihan yang dilakukan oleh Vandana pada tahun 2011, latihan mata tersebut terdiri dari beberapa gerakan mata seperti memutar dan melihat sejauh mungkin ke kiri dan ke kanan, dilanjutkan dengan gerakan kembali dan seterusnya dari kiri ke kanan sebanyak sepuluh kali.
Memutar mata ke atas, melihat sejauh mungkin ke atas tanpa mengangkat kepala, memutar mata ke bawah dan melihat sejauh mungkin ke bawah tanpa menundukkan kepala.
Angkat mata, dan melihat ke samping atas dari kiri dan turunkan mata dengan melihat kesamping pada sisi lain, melihat kebawah yang dimulai dengan melihat ke atas terlebih dahulu. Angkat mata dengan melihat ke samping kanan kemudian jangkau penglihatan ke samping bawah sebelah kiri, ulangi dan lanjutkan seperti gerakan sebelumnya.
Putar mata membentuk lingkaran, ke kiri atas ke kanan bawah dengan gerakan memutar, kemudian berhenti dan putar kearah sebaliknya, lakukan sampai penglihatan terasa lelah.
Tutup mata dengan erat dan kuat, tekan dengan kelopak mata secara bersamaan, buka mata dan ulangi sebanyak sepuluh kali.
Latihan mata ini harus dilakukan dengan diiringi musik dan pertama hanya dua sampai empat kali pengulangan. Misalnya dengan melihat secara silang dan melihat batang hidung dengan kedua mata secara bersamaan.
Namun, latihan mata ini tidak memiliki efek terhadap peningkatan ketajaman penglihatan dan hanya berefek pada Near Point of Convergence (NPC) (Vandana, 2011). Sehingga metode yang digunakan di jurnal milik Vandana pada tahun 2011 tidak lebih baik dibandingkan jurnal yang kami analisis sekarang karena jurnal tersebut tidak memiliki efek terhadap peningkatan ketajaman penglihatan.
Pada dasarnya setiap jurnal memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang mana membebaskan para pembaca untuk memilih jurnal, apabila ingin menerapkan intervensi latihan mata yang efektif untuk mengurangi perkembangan miopia dan meningkatkan ketajaman penglihatan maka gunakan jurnal milik Samia tahun 2013 yang kami analisis sekarang. Tetapi, apabila ingin menerapkan intervensi latihan mata yang lebih meningkatkan Near Point of Convergence (NPC) maka gunakan jurnal milik Vandana tahun 2011 yang kami jadikan sebagai pembanding.
Compare
            Hasil jurnal ini menunjukkan bahwa latihan mata secara signifikan meningkatkan ketajaman penglihatan pada responden yang dibuktikan oleh analisis Paired Simple T-Test dan pengukuran optometri. Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh Vandana pada tahun 2011 dengan intervensi yang sama namun memiliki jumlah responden yang berbeda menunjukkan bahwa latihan mata tidak memiliki efek sama sekali terhadap ketajaman penglihatan yang dibuktikan dengan pembacaan snellen chart dan pemeriksaan oleh optamologis. Tapi latihan mata meningkatkan Near Point of Convergence (NPC).
            Critical Thinking
Hasil yang berbeda pada dua jurnal di atas kemungkinan disebabkan oleh lamanya terapi dan waktu penelitian, pada jurnal yang kami analisis ini peneliti menggunakan waktu penelitian selama 6 minggu dengan rincian terapi yang sudah dijelaskan sebelumnya, sedangkan pada jurnal Vandana, 2011 penelitian memakan waktu selama 4 minggu yang berarti terapi yang dilakukan memakan waktu lebih sedikit dan tidak terlalu rumit. Hal tersebut kemungkinan berdampak pada perbedaan hasil diantara dua jurnal.
Outcome
Analisis statistik dilakukan pada 15 orang remaja putri dengan miopia, dengan rentang umur 12-15 tahun (mean 13,60 ± 0,99 tahun). Data statistik yang dianalisis menunjukkan mean dan standar deviasi dari ketajaman penglihatan sebelum dan setelah 6 minggu tindakan. (Tabel 1).
            Paired Simple T-Test menunjukkan peningkatan signifikan pada ketajaman penglihatan yang dibandingkan dengan nilai mean pre-intervensi dengan nilai mean post-intervensi pada mata kanan (p= 0,028) dan mata kiri (p=0,020). (tabel 1 dan figure 1).
    
            Critical Thinking
Latihan mata pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan ketajaman penglihatan atau mengontrol miopia sehingga tidak bertambah parah, namun penelitian yang dilakukan tidak selalu menghasilkan hasil yang sesuai keinginan seperti penelitian yang dilakukan oleh Vandana tahun 2011, menunjukkan bahwa latihan mata pada pasien dengan miopia tidak memiliki efek pada ketajaman penglihatan namun hanya berefek pada Near Point of Convergence (NPC). Selain itu, ada penelitian lain yang lebih mengutamakan pengobatan farmakologi pada pasien dengan miopia seperti penelitian yang dilakukan oleh Jeffrey  pada tahun 2014, menurut jurnal ini adalah obat anti-muskarinik topikal lebih efektif dibandingkan dengan intervensi apapun dalam mengurangi perkembangan miopia.
3.3. Kelebihan dan Kekurangan
1. Kelebihan
Penjelasan tentang intervensi sangat jelas dan mudah difahami sehingga memudahkan proses analisis dan pemahaman.
2. Kekurangan
Tidak adanya kelompok kontrol dengan perlakuan seperti terapi penglihatan sebagai pembanding intervensi.
3.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menunjukkan bahwa terapi penglihatan secara klinis terbukti mampu mengontrol miopia pada remaja dengan usia 12-15 tahun. Selain itu terapi latihan mata ini mudah dilakukan dan tanpa menggunakan biaya yang besar sehingga bisa diterapkan oleh berbagai kalangan.
2. Manfaat Praktis
Terapi penglihatan yang diterapkan dijurnal ini sangat bermanfaat dan dapat diterapkan di Indonesia karena selain mudah dipraktikkan harganya juga terjangkau dan bisa dipraktikkan dirumah pasien, disamping itu juga terapi atau pengobatan untuk mata khususnya miopia hanya terbatas pada penggunaan obat atau terapi lain yang memakan lebih banyak biaya dan susah untuk diterapkan.




BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Miopia adalah suatu kelainan pada mata yang mana cahaya yang seharusnya jatuh tepat diretina tetapi malah jatuh didepan retina sehingga retina tidak bisa menangkap cahaya secara maksimal. Menurut beberapa penelitian miopia kebanyakan disebabkan oleh keturunan (herediter) dan aktivitas yang sering menggunakan penglihatan jarak dekat seperti membaca, menonton TV, bermain game, dan mengetik didepan komputer.
Intervensi yang diterapkan dijurnal ini sangat efektif dalam mengontrol miopia pada remaja dengan usia 12-15 tahun, selain itu terapi ini mudah dilakukan dan murah sehingga dapat dengan mudah diterapkan di Indonesia.
A.    Saran
Perlu dilakukan penelitian ulang dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan terdapat kelompok kontrol yang menerima intervensi yang mirip dengan terapi penglihatan untuk menentukan keefektifan terapi penglihatan.












DAFTAR PUSTAKA

Arbaatun, F. (2010). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Miopia pada Anak Usia 8-12 Tahun (Studi Kasus di SD Muhammadiyah Bendo, Kec. Kalibawang, Kab. Kulon Progo). Skripsi.
Arianti, M. P., dr. Moh. Iqbal, S. M., & Agustina Arundina, S. M. (2012). Association of Parental Myopia adn Time Spent in Near Work with Myopia in Medical Student Faculty of Medicine Tanjungpura University Grade 2010-2012. Pontianak. Skripsi.
Ilyas S, Tanzil M, Salamun dkk. (2003). Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI.  Jakarta, 5-6.
Mohamed, S. A. (2013). Vision Therapy-Based Program for Myopia Control in Adolescents. Middle-East Journal of Scientific Research, 390-396.
Rathod. J. Vandana, (2011). Effect of Eye Exercises on Myopia - Randomized Controlled Study. JPBMS, 1-4. http://www.jpbms.info.
RI, B. P. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Scheiman. Mitchell, (2003). Nearpoint of Convergence: Test Procedure, Target Selection, and Normative Data.Optometri and Vision Science. 214.
Sherman, A. and L.J. Press, (2007). Myopia control therapy. In: Press, LJ. Applied Concepts in Vision Therapy. Optometric Extension Program, Santa Ana, CA, pp. 298-309.
Tanjung H. (2003). Perbedaan Rata-rata Rigiditas Okuler pada Miopia dan Hipermetropia di RSUP H. USU Digital Library. Adam Malik Medan. Medan, 2-3
Walline. J. Jeffrey, (2014) Intervention to Slow Progression of Myopia in Children. NIH Public Access. 29-30.


LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar