BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Usia lanjut
adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya
beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak.
Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini,
dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang
normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap
fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
(Darmojo, 2004).
Menurut
Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan bahwa proses menua adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang
diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah
dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya.
Menua bukan
status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Dengan begitu manusia
secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk
makin banyak distorsi metabolik dan stuktural yang disebut sebagai penyakit
degeneratif seperti, hipertensi, aterosklerosis, diabetes militus dan kanker
yang akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang
dramatik seperti strok, infark miokard, koma asidosis, metastasis kanker dan
sebagainya ( Martono & Darmojo,edisi ke-3 2004).
Berdasarkan masalah tersebut
diatas kami selaku mahasiswa menawarkan sebuah intervensi keperawatan yang
terdapat pada jurnal yang akan kami bahas kemudian untuk membantu meningkatkan
kualitas hidup para lansia dengan cara memfasilitasi seluruh aspek
bio-psiko-sosio-spiritualnya.
1.2Tujuan Penulisan
·
Memberikan informasi tentang pengetahuan
efektivitas dan efektivitas biaya berdasarkan
gaya hidup preventif intervensi terapi okupasi pada lansia
·
Memberikan penjelasan tetang terapi okupasi pada lansia
untuk mengurangi dampak negative pada lansia di bidang kesehatan
BAB II
JURNAL
PENELITIAN
Effectiveness of a lifestyle intervention in
promoting the well-being of independently living older people: results of the
Well Elderly 2 Randomised Controlled Trial
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Penelitian
a. Judul Penelitian
Effectiveness of a
lifestyle intervention in promoting the well-being of independently living
older people: results of the Well Elderly 2 Randomised Controlled Trial
b. Pengarang
Florence Clark, Jeanne
Jackson, Mike Carlson,Chih-Ping Chou, Barbara J Cherry, Maryalice
Jordan-Marsh,4 Bob G Knight,5 Deborah Mandel,1 Jeanine Blanchard,1 Douglas A
Granger, Rand R Wilcox, Mei Ying Lai, Brett White, Joel Hay, Claudia Lam, Abbey
Marterella, Stanley P Azen
c. Sumber
d. Major/ Minor
subject (Key Words)
Well Elderly lifestyle, well-being, occupational
therapy
e. Abstract
Background Older people are at risk
for health decline and loss of independence. Lifestyle interventions offer
potential for reducing such negative outcomes. The aim of this study was to
determine the effectiveness and cost-effectiveness of a preventive lifestyle-based
occupational therapy intervention, administered in a variety of community-based
sites, in improving mental and physical well-being and cognitive functioning in
ethnically diverse older people.
Methods A randomised controlled
trial was conducted comparing an occupational therapy intervention and a
no-treatment control condition over a 6-month experimental phase. Participants
included 460 men and women aged 60 e95 years (mean age 74.96 7.7 years; 53%
<$12 000 annual income) recruited from 21 sites in the greater Los Angeles
metropolitan area.
Results Intervention participants,
relative to untreated controls, showed more favourable change scores on indices
of bodily pain, vitality, social functioning, mental health, composite mental
functioning, life satisfaction and depressive symptomatology (ps<0.05). The
intervention group had a significantly greater increment in quality-adjusted
life years (p<0.02), which was achieved cost-effectively (US $41 218/UK £24
868 per unit). No intervention effect was found for cognitive functioning
outcome measures.
Conclusions A lifestyle-oriented
occupational therapy intervention has beneficial effects for ethnically diverse
older people recruited from a wide array of community settings. Because the
intervention is cost-effective and is applicable on a wide-scale basis, it has
the potential to help reduce health decline and promote well-being in older
people.
f. Tanggal Publikasi
Accepted 28 April 2011
Published Online First 2 June 2011
3.2 Deskripsi penelitian berdasarkan metode
PICO:
a. Tujuan penelitian
Untuk
mengetahui efektivitas dan efektivitas biaya berdasarkan gaya hidup preventif intervensi
terapi okupasi, diberikan dalam berbagai situs berbasis masyarakat, dalam
meningkatkan jiwa dan kesejahteraan fisik dan fungsi kognitif pada orang
beragam etnis tua.
b. Desain Penelitian
Desain penelitian“Randomised Controlled Trial”
c. Analisis PICO dan
Critical Thingking
Populasi
/ Sample :
·
1109
orang yang dikaji untuk pemenuhan syarat.
·
838
yang memenuhi syarat.
·
378
menolak berpartisipasi.
·
Didapatkan
460 sampel.
·
Dibagi
menjadi 2 kelompok, 232 orang dikelompok intervensi 228 orang dikelompok
kontrol.
·
Tindak
lanjut selama 6 bulan.
·
Gagal
di tindak lanjut :
o
Kelompok
intervensi
1. Gagal ditindak lanjut 45 orang.
2. Menarik diri dari penelitian 29 orang.
3. Orientasi 1 orang.
4. Lost contact 8 orang.
5. Pindah rumah 4 orang.
6. Meninggal 3 orang.
7. Yang di analisis 187 orang.
o
Kelompok
kontrol
1. Gagal ditindak lanjut 55 orang.
2. Menarik diri dari penelitian 12 orang.
3. Lost contact 12
4. Orientasi 2 orang.
5. Pindah rumah 5 orang.
6. Meninggal 4 orang.
·
Karakteristik
Populasi
o
Terdiri
dari pria dan wanita berumur antara 60-95 tahun.
o
Direkrut
dari 21 situs-situs besar dikota Los Angeles.
o
Termasuk
9 senior fitness, 11 senior pada perumahan warga dan 1 orang lulusan perawatan
lansia.
o
Semua
sampel adalah warga, pengguna atau pengunjung situs-situs perekrutan
penelitian.
Intervensi :
·
Intervensi
The Well Elderly Lifestyle Redesign
1. Tujuan.
o
Tujuannya
untuk membantu orang tua dalam mengembangkan gaya hidup sehat secara pribadi
dan berkelanjutan dalam rutinitas sehari-hari.
2. Profesional yang bertanggung jawab.
o
Diberikan
oleh terapis okupasi berlisensi yang praktek di California.
o
Terapi
melakukan pelatihan selama 40 jam untuk membakukan ketentuan dari the Lifestyle
Redesign, berdasarkan spesifikasi manual.
o
Para
terapis berpartisipasi dalam pertemuan mingguan atau dua mingguan dengan
direktur di lokasi penelitian dan manajer untuk memastikan pembenaran dan
kontrol kualitas intervensi.
3. Format intervensi
o
Setiap
sesi mingguan, kelompok kecil dipimpin oleh terapi okupasi berlisensi;
presentasi pendidikan, pertukaran rekan, pengalaman langsung (partisipasi
langsung dalam kegiatan), eksplorasi pribadi (aplikasi konten diri).
o
Setiap
sesi berlangsung selama 1 jam dan diikuti oleh 10 orang yang bertempat dirumah
atau diluar rumah.
4. Elemen-elemen kunci dalam intervensi
o
Identifikasi
dan implementasi perubahan kegiatan yang layak dan berkelanjutan.
o
Pengembangan
rencana untuk mengatasi hambatan untuk memperlakukan perubahan aktivitas yang
relevan (misalnya, nyeri atau hambatan mobilitas tubuh).
o
Partisipasi
dalam kegiatan yang sudah dipilih; latihan dan pengulangan rutinitas
sehari-hari.
5. Bidang isi modular.
·
Dampak
aktifitas sehari-hari pada kesehatan.
-
Bagaimana
kegiatan sehari-hari berkontribusi utnuk kesehatan.
-
Dampak
penuaan pada pola kegiatan.
-
Menggabungkan
latihan fisik dan mental dalam latihan sehari-hari.
·
Penggunaan
waktu dan konservasi energi.
-
Mengevaluasi
penggunaan waktu.
-
Menilai
pola energi sehari-hari.
-
Konservasi
energi dan perlindungan.
-
Beradaptasi
dengan rutinitas sehar-hari.
·
Pemanfaatan
transpostasi.
-
Tersedianya
transportasi.
-
Biaya,
kenyamanan dan aksesbilitas.
-
Dampak
sumber daya transportasi/kendala pada kegiatan.
-
Transportasi
sebagai bentuk kegiatan.
·
Rumah
dan kemaman komunitas.
-
Tinjau
bahaya keamanan umum.
-
Pencegahan
jatuh, evaluasi keamanan rumah.
-
Menyeimbangkan
masalah kemanan dan aktivitas.
-
Mempersiapkan
keadaan darurat.
-
Penyediaan
alat bantu dan modifikasi rumah apabila diperlukan.
·
Hubungan
sosial.
-
Membangun
hubungan sosial melalui kegiatan.
-
Dmpak
penuaan pada hubungan sosial; hambatan untuk komunikasi yang efektif.
-
Mengatasi
kerugian dan kesedihan.
·
Kesadaran
budaya
-
Bagaimana
budaya dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
-
Strategi
untuk mengelola perbedaan budaya dalam kehidupan sehari-hari.
-
Belajar
tentang perbedaan budaya.
·
Penentuan
tujuan.
-
Mengembangkan
tujuan yang dicapai untuk perbaikan kesehatan melalui kegiatan sehari-hari.
·
Mengubah
rutinitas dan kebiasaan.
-
Mengevaluasi
irama aktivitas (harian-mingguan-bulanan-tahunan).
-
Menilai
kesiapan untuk berubah.
-
Menerapkan
perubahan pola aktivitas berkelanjutan.
Compare
:
Ø Kelompok intervensi dengan intervensi The Well Elderly
Lifestyle Redesign
Ø Kelompok kontrol tidak mendapatkan intervensi apapun
Outcome
·
Peserta kelompok Intervensi relatif terhadap kelompok kontrol, menunjukkan skor perubahan yang lebih baik pada indeksi dari tubuh, vitalitas, fungsi
sosial, mental kesehatan, fungsi
mental komposit, kepuasan hidup dan simtomatologi depresi (ps <0,05).
·
Pada kelompok intervensi memiliki kenaikan signifikan lebih besar dalam kualitas-disesuaikan tahun hidup (p <0,02),
yang mencapai biaya-efektif (US $ 41 218/UK£
24868perUnit).
·
Tidak ada efek intervensi yang ditemukan untuk kognitif berfungsi ukuran hasil.
Critical
Thingking
Jumlah populasi lansia
semakin meningkat secara signifikan selama 1 dekade terakhir menurut DEPKES
(2008) jumlah lansia di Indonesia pada 2010 mencapai 19.000.000 jiwa dan akan
bertambah sebanyak 11,20% pada tahun 2020, peningkatan populasi ini juga
diikuti dengan peningkatan permasalahan kesehatan pada lansia. Oleh karena
dibutuhkan promosi kesehatan berupa penyuluhan dan juga intervensi untuk
mengubah pola hidup lansia menjadi pola hidup sehat agar usia harapan hidup
lansia semakin meningkat dan terjamin.
Promosi
kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku
beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau pelaing
tidak beresiko rendah. Program Promosi Kesehatan tidak di rancang ”di belakang
meja”. Supaya efektif, program harus dirancang berdasarkan realitas kehidupan
sehari-hari masyarakat sasaran setempat. Kegiatan yang termasuk
dalam promosi kesehatan antara lain adalah sosialisasi kesehatan, pendidikan
kesehatan serta pemberian intervensi kesehatan, sebagai suatu program tentu
promosi kesehatan memiliki sasaran yang akan dituju, sasaran yang dituju disesuaikan
dengan promosi kesehatan yang dilaksanakan. Adapun daftar usia yang bisa
menjadi sasaran promosi kesehatan adalah balita (didampingi orang tua/ibu),
anak-anak sekolah ( didampingi guru atau orang tua), remaja, dewasa dan lansia. (DEPKES. 2008).
Gaya hidup sehat adalah cara yang mudah untuk dilakukan
dalam pemeliharaan kesehatan, dalam keseharian kita, gaya hidup sangat
mempengaruhi terhadap kondisi kesehatan kita nantinya. Sehingga, gaya hidup
sehat sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
prosesnya, gaya hidup sehat bukanlah gaya hidup yang serba mewah dengan makanan
yang berkelas dan harta benda yang banyak, gaya hidup sehat adalah gaya hidup
yang menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan kita kedepannya.
Gaya hidup sehat bisa dicapai apabila kita selalu makan dengan teratur dan
bergizi, olahraga dengan teratur, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol dan
menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan. (Sudewo. 2009).
Gaya hidup sehat tentu bisa dicapai dengan cara
menerapkan kebiasaan yang baik dan membantu meningkatkan kesehatan, ada
beberapa cara untuk mencapai gaya hidup sehat, salah satunya dengan menerapkan
terapi okupasi. Terapi okupasi
adalah profesi kesehatan yang berpusat pada klien berkaitan dengan memulihkan
kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan melalui pekerjaan/kegiatan (okupasi).
Tujuan utama dari terapi okupasi adalah untuk memungkinkan orang berpartisipasi
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Terapis Okupasi mencapai hasil ini,
bekerja dengan orang-orang dan masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan mereka
terlibat dalam pekerjaan yang diinginkan, dirasa perlu, atau diharapkan untuk
melakukan, atau dengan memodifikasi pekerjaan atau lingkungan agar lebih
mendukung keterlibatan kerja mereka”. (WFOT 2012).
3.3. Kelebihan dan Kekurangan
1. Kelebihan
Penelitian ini menggunakan intervensi yang dapat
membantu lansia untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara mandiri tanpa harus
terlalu sering bergantung kepada keluarga.
2. Kekurangan
Kemungkinan terdapat perbedaan hasil pada pasien
dengan keadaan sosioekonomi yang berbeda dengan pasien yang digunakan di jurnal
ini dan banyaknya pasien yang tidak taat dengan intervensi yang dilakukan.
3.4. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Jurnal ini mengedepankan intervensi untuk perawatan
lansia dengan mengoptimalkan peningkatan pada aspek bio-psiko-sosial-spiritual,
sehingga peningkatan kualitas hidup lansia lebih cepat dan lebih signifikan.
2. Manfaat Praktis
Intervensi yang diterapkan pada jurnal ini dapat
diterapkan di Indonesia karena mudah diterapkan pada masyarakat Indonesia yang
beragam.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas
dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati.
Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan
baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkunganya (Darmojo, 2004).
Terapi okupasi adalah profesi kesehatan yang berpusat
pada klien berkaitan dengan memulihkan kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan
melalui pekerjaan/pemberian kegiatan (okupasi). Tujuan utama dari terapi
okupasi adalah untuk memungkinkan orang berpartisipasi dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. (WFOT 2012).
Intervensi yang digunakan dijurnal ini sangat
bermanfaat dalam meningkatkan kualitas hidup lansia, karena intervensi tersebut
menerapkan intervensi terhadap aspek bio-psiko-sosial-spiritual lansia.
B. Saran
Diharapkan
penelitian kedepan memasukkan kriteria eksklusi untuk mengeluarkan sampel yang
tidak taat terhadap intervensi.
Daftar Pustaka
Budiman A,
Siahaan H B, Okupasi Terapi, Dalam Makalah Pelatihan Terapi Keluarga dan
Terapi Relaksasi, Ciloto, 1993; hal. 1-9.
Buchain P, Vizzotto ADB, Henna Netto J, Elkis H
(2003) Randomised controlled trial of occupational therapy in patients with treatment
resistant schizophrenia. Revista da Psiquiatria, 25(1), p26-30.
Florence Clark, J.
J.-P.-M. (2012). Effectiveness of a lifestyle intervention in promoting the
well-being of independe ntly living older people: results of the Well Elderly
2 Randomised. BMJ Journal, 784-790.
Florence Clark, P. O., Stanley P. Azen,
P., Ruth Zemke, P. O., Jeanne Jackson, P. O., Mike Carlson, P., Deborah
Mandel, M. O., Loren Lipson, M. (1997). Occupational Therapy for Independent
Living Older adults A randomized Controlled Trial. JAMA Journal, 2.
Occupational therapy practice framework: Domain and
process, InAmerican Journal of Occupational Therapy, vol. 56(6), 2002;
p609-639.
Rashmi
Nemade, P. N. (2007). Clinican Rated and Self-Report Questionairess/Test for
Major Depression. JCN Published, 2.
RI, D.
K. (2008). Promosi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Sudewo,
B. (2009). Buku Pintar Hidup Sehat Cara Mas Dewo. Jakarta: PT. Agro Media
Pustaka.
Townsend, E.A. & Polatajko, H. J. (2013).
Enabling occupation II: Advancing an occupational therapy vision for health,
well-being & justice through occupation, 2nd Ed.. Ottawa, ON: CAOT.
WFOT (World Federation of Occupational Therapists),
2012.
Willard and Spackman’s, Occupational Therapy by
Barbara A. Boyt Schell, Glen Gillen, Marjorie Scaffa and Ellen Cohn (Feb 28,
2013)
J Epidemiol Community
Health. 2012 November; 66 (11): 1082. online. diakses tanggal 1 April 2015
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar