Cari Blog Ini

Minggu, 14 Juni 2015

Analisis Jurnal 1 (link jurnal termasuk)



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
            Diabetes melitus tipe 2 adalah salah satu jenis dari pennyakit diabetes melitus, penyakit ini disebabkan oleh rendahnya kadar hormon insulin dalam darah, hormon insulin adalah hormon yang berfungsi untuk mengurai glukosa agar mudah masuk ke dalam sel, sehingga glukosa tidak menumpuk dalam darah. Apabila glokusa menumpuk dalam darah maka kadar glukosa dalam darah meningkat. Akibatnya yaitu terjadinya kencing manis, luka sukar sembuh, rasa haus yang berlebihan dan rasa lapar yang berlebihan. Ketidaknormalan fungsi hormon insulin ini disebabkan oleh karena pankreas sebagai kelenjar endokrin yang berfungsi menghasilkan hormon insulin terganggu fungsinya.
            Diabetes melitus sendiri merupakan penyakit keturunan yang menurun pada anak dan anak tersebut memiliki risiko enam kali lebih dari orang tuanya. Menurut WHO 1-4 % penduduk dunia menderita penyakit ini, dan angka ini terus meningkat setiap tahunnya. Para ahli sendiri sudah banyak menemukan terapi-terapi untuk meringankan penyakit ini, namun ada saja kendala yang mengakibatkan terapi-terapi tersebut tidak dapat dilaksanakan.
            Berdasarkan hal tersebut kami memilih jurnal ini karena berisi terapi yang mudah dilakukan sekalipun di rumah. Kami berharap dengan jurnal ini para penderita diabetes melitus tipe 2 mendapatkan opsi terapi yang lebih baik untuk dijalani.
B. Tujuan
·         Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area keperawatan terkait dengan Diabetes melitus tipe 2
·         Memberikan penjelasan tentang temuan terbaru atau inovasi di dunia keperawatan terkait terapi untuk menurunkan konsentrasi gula darah pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2
·        Meningkatkan critical thinking tentang manfaat hasil penelitian tersebut bagi dunia keperawatan






BAB II
JURNAL PENELITIAN
The effect of cinnamon on glucose control in patients with type 2 diabetes mellitus in Pontianak, Indonesia (efek dari kayu manis terhadapa Control glukosa pada pasien dengan Diabetes melitus tipe 2 di Pontianak, Indonesia)





















BAB III
PEMBAHASAN
A. Profil penelitian
a. Judul
The effect of cinnamon on glucose control in patients with type 2 diabetes mellitus in Pontianak, Indonesia (efek dari kayu manis terhadapa Control glukosa pada pasien dengan Diabetes melitus tipe 2 di Pontianak, Indonesia)
b. Pengarang
Suriadi : Department of Medical Surgical Nursing, The Muhammadiyah Institute of Nursing, Pontianak , Indonesia
Atmiati : Department of Medical Surgical Nursing, The Muhammadiyah Institute of Nursing, Pontianak , Indonesia
Hartono : Department of Medical Surgical Nursing, The Muhammadiyah Institute of Nursing, Pontianak , Indonesia
Iswahyudi : Faculty of Medicine, School of Pharmacy, The University of Tanjungpura, Pontianak , Indonesia
Tutur Kardiatun : Department of Medical Surgical Nursing, The Muhammadiyah Institute of Nursing, Pontianak , Indonesia
c. Sumber/ Source
Vol. 5(10), pp. 434-437, October 2013 DOI: 10.5897/IJMMS2013.0964 ISSN 2006-9723 ©2013 Academic Journals http://www.academicjournals.org/IJMMS
d. Major/minor Subject, Key World
Cinnamon, diabetes mellitus, blood glucose.
e. Abstrak
The objective of this study was to examine pre- and post-glucose serum concentration levels in diabetes mellitus patients after the administration of cinnamon powder. A quasi-experimental design was done with 40 patients, with pre- and post-test non-equivalent control groups, without randomization. The first group was given a cinnamon powder extract solution to be taken 3 times per day and designated as the experimental group. The dose amounted to 3 g of cinnamon spread over The day, after breakfast, lunch, and dinner, respectively. The subjects were instructed to take the 3 g of cinnamon immediately following their meals. The patients with type 2 diabetes in the intervention Group were aged 54.4 ± 8.7 years, and in the control group were aged 56.2 ± 10.5 years. There was a signifikan difference between the pre- and post-serum glucose concentration tests between the two groups. The measurements for The intervention group were 311.4 ± 96 and 185.8 ± 21, respectively (p = 0.000), while the control group pre-test was 277.1 ± 74, and the post-test was 205.3 ± 45 (p = 0.003). The results of this study demonstrated that intake of cinnamon reduces serum glucose in type 2 diabetes.
f. Tanggal publikasi
 4 september 2013
B. Deskripsi penelitian berdasarkan metode PICO
a. Tujuan penelitian
Untuk menguji penggunaan kayu manis dalam menurunkan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes Melitus tipe 2.
b. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kuasi-eksperimental tidak diacak

c. Populasi / Sample
Populasinya adalah pasien DM tipe 2 di klinik luka, yang dibagi menjadi 2 grup
grup intervensi dan grup kontrol, dengan 20 subjek per grup. Kriteria inklusinya adalah a. Setuju dijadikan responden,
b. Terdiagnosa DM,
c. Pasien rawat jalan,
d. Berusia di atas 18 tahun,
e. Tidak menggunakan terapi insulin,
f. Tidak menggunakan obat untuk kondisi kesehatan lainnya, dan
g. Level glukosa darah diantara 140-400 mg/dl.
Subjek yang masuk kriteria diberikan informasi terkait studi ini dan memberikan informed consent setelah menjabarkannya jika mereka menyetujui untuk berpartisipasi

Critical Thinking
Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari satu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusif. (Nursalam. 2008.)
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan glukosa untuk masuk ke jaringan dari pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah yang tinggi dan sekresi glukosa melalui urine. Pada penderita diabetes akan terjadi beberapa komplikasi jangka panjang seperti retinopati, nefropati, neuropati, penyakit kardiovaskular, peningkatan terjadinya infeksi dan penyembuhan luka yang lama. Diabetes melitus secara umum dapat dibagi menjadi empat tipe. Diabetes tipe 1, disebut juga insulin dependent diabetes mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel beta pulau Langerhans akibat penyakit autoimun menyebabkan defisiensi jumlah produksi insulin. 6 Penderita diabetes tipe ini cenderung mengalami ketoasidosis dan fluktuasi kadar glukosa plasma. Jika tidak segera ditangani maka akan muncul gejala diabetes seperti polyuria, polydipsia, polyphagia, lemas dan kelelahan. Diabetes tipe 2, disebut juga non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM), terjadi karena resistensi fungsi insulin dan ketidakseimbangan sekresi insulin. Diabetes tipe 2 terjadi sekitar 90% - 95% dari kasus diabetes di Amerika Serikat. Pada awalnya penderita diabetes tipe 2 memiliki kadar insulin normal atau lebih tinggi. Kegagalan utamanya adalah berkurangnya sensitivitas insulin sehingga transpor glukosa dari pembuluh darah ke seluruh tubuh, terutama sel hati dan otot terganggu. Hal ini menyebabkan kadar gula dalam darah masih tinggi. Diabetes tipe 2 biasanya dihubungkan dengan obesitas, karena obesitas dapat menyebabkan sel menjadi tidak berespon baik terhadap insulin. Diabetes melitus gestasional yaitu keadaan intoleran terhadap glukosa sehingga menimbulkan hiperglikemi yang terjadi selama masa kehamilan. Anak dari ibu yang mengalami diabetes gestasional memiliki risiko lebih besar untuk mengalami obesitas dan diabetes ketika dewasa muda. Seperti diabetes tipe 2, patofisiologi diabetes gestasional cenderung terjadi karena peningkatan resistensi insulin. Pasien diabetes gestasional akan memiliki kadar gula darah yang normal setelah melahirkan, namun lebih beresiko menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari. Kondisi diabetes dengan banyak variasi lain dimasukkan kedalam kategori “Tipe Spesifik Lain”. Tipe ini mencakup diabetes yang disebabkan kelainan genetik dan penyakit lainnya seperti akromegali, sindrom Cushing, tumor, pankreatitis, virus serta karena penggunaan obat
d. Intervensi
Kelompok pertama diberi larutan kayu manis bubuk ekstrak yang akan diambil 3 kali per hari dan ditunjuk sebagai kelompok eksperimen. Dosis sebesar 3 g menyebar kayu manis selama 40 hari, setelah sarapan, makan siang, dan makan malam. masing-masing Subyek diperintahkan untuk mengambil 3 g kayu manis segera setelah mereka makan. Para pasien dengan diabetes tipe 2 pada kelompok intervensi berusia 54,4 ± 8,7 tahun, dan pada kelompok kontrol yang berusia 56,2 ± 10,5 tahun.

Critical Thinking
1. Kayu manis banyak digunakan sebagai obat tradisional., misalnya bagian serbuk kulit kayunya telah digunakan oleh masyarakat di negara tropis termasuk Indonesia sebagai obat antidiabetes. Penelitian secara ilmiah mengenai khasiat tersebut belum banyak dilakukan, sehingga perlu dilakukan penelitian secara ilmiah khasiat antidiabetes melalui uji aktivitasnya terhadap inhibitor enzim alfa-glukosidase. Enzim Alfa-glukosidase (EC 3.2.1.20) merupakan karbohidrase yang mengkatalisis pelepasan glukosa dari ujung nonpereduksi karbohidrat makanan. Pada penderita Diabetes Mellitus (DM), inhibisi terhadap enzim ini menyebabkan penghambatan absorpsi glukosa sehingga menurunkan keadaan hiperglikemia setelah makan. Inhibitor alfa-glukosidase merupakan obat antidiabetes oral yang digunakan untuk mengobati DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui khasiat serbuk kulit kayu manis sebagai antidiabetes melalui uji inhibitor terhadap enzim  alfa-glukosidase. Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu penyediaan bubuk kayu manis dan uji penghambatan terhadap alfa-glukosidase. Pada uji penghambatan alfa-glukosidase digunakan enzim alfa-glukosidase dan p-nitrofenil α-D-glukopiranosid sebagai substrat. Reaksi dari substrat  p-nitrofenil α-D-glukopiranosid dengan alfa glukosidase menghasilkan p-nitrofenol, senyawa ini yang diukur intensitasnya. Semakin tinggi intensitasnya semakin tinggi aktivitas alfa glukosidase. Serbuk kulit kayu mampu menghambat alfa glukosidase dalam berbagai konsentrasi. Hasil uji inhibisi menunjukkan, pada konsentrasi 50 ppm, aktivitas penghambatan bubuk kulit kayu manis sebesar 45,31% dengan nilai IC50 sebesar 55,02 ppm. ,
2. Ada dua golongan obat hipoglikemik oral, yaitu golongan sulfonilurea dan golongan biguanid. Pengobatan dengan obat tablet dan suntikan insulin merupakan jenis pengobatan secara modern, walaupun efektif dan mudah dipakai tetapi harus digunakan sesuai dengan petunjuk dokter. Kedua jenis pengobatan ini memiliki efek samping dan relatif mahal, sehingga penyembuhan alternatif yang lebih aman dan murah (pengobatan secara tradisional) yaitu pengobatan dengan menggunakan bahan alam perlu selalu dikembangkan. Salah satu bahan alam yang dapat menurunkan kadar gula dalam darah adalah kayu manis (Cinnamomum burmanii Bl). Beberapa tahun terakhir ini, para ilmuwan berhasil mengungkap khasiat lain dari kayu manis, yakni menurunkan kadar gula darah (Anna, 2011).
3.   Penggunaan kayu manis dengan dosis 1-3 gr setelah makan dapat menurunkan kadar gula darah pada orang dengan diabetes melitus (Lingga Lanny, 2012)
e. Compare
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil pre dan pos tes yang diadakan pada kedua grup. Hasil dari grup eksperimen adalah 311.4 ± 96 untuk pretes dan 185,8 ± 21 untuk postes dengan nilai P (0,000), sedangkan kontrol grup mendapatkan nilai 277,1 ± 74 untuk pretes dan 205,3 ± 45 untuk postes dengan nilai p (0,003). Perbedaan nilai rata-rata untuk kedua grup pada pre dan postes pada grup kontrol adalah 71,8 ± 93 sedangkan pada grup eksperimen adalah 125,5 ± 90.
f. Outcome
Subjek pada grup intervensi berumur 54.4 ± 8.7 tahun, dan di grup kontrol 56.2 ± 10.5 tahun. Penilaian konsentrasi serum glukosa dilihat sebelum dan sesudah penggunaan ekstrak larutan bubuk kayu manis. Analisis bivariat dengan hasil t-tes bisa dilihat di tabel 2. Dari analisis, menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan pada pre dan pos tes konsentrasi serum glukosa antara kedua grup. Penilaian dari grup intervensi 311.4 ± 96 dan 185.8 ± 21, masing-masing (p=0.000), sementara itu pada grup kontrol pre tes 277.1 ± 74, dan pos tes 205,3 ± 45 (p=0.003). perbedaan itu berarti pada pre dan pos tes pada grup kontrol 71.8 ± 93 dan pada grup intervensi 125.5 ± 90.
Critical Thinking
Kayu manis mengandung senyawa metylhydroxy chalcone polimer dan senyawa PTP1B yang berfungsi untuk melancarkan proses metabolisme glukosa dengan mengaktifkan sel beta yang ada di pankreas, sel beta dapat mengaktifkan senyawa yang bertugas untuk memproduksi insulin, dengan diproduksinya insulin maka glukosa yang diserap dapat diubah menjadi energi dan tidak menumpuk di dalam tubuh. Hal ini tentu saja berdampak pada penurunan kadar gula darah, dan memungkinkan seseorang terhindar dari penyakit diabetes melitus atau menurunkan gula darahnya pada orang yang sudah menderita diabetes melitus. (Mehmet & Michael, 2007)
g. Kekurangan dan kelebihan
·         Kelebihan
Penelitian sudah diterapkan di Indonesia, sehingga para peneliti yang lain cukup melakukan penelitian lanjutan terhadap penelitian ini harus mengulang penelitian yang sama.
·         Kekurangan
Terdapat kemungkinan perbedaan hasil dari penggunaan kayu manis dengan varietas yang berbeda, begitu juga dengan keadaan tanah dan iklim yang berbeda memungkinkan kayu manis tidak memiliki efek pada kadar gula darah pasien diabetes melitus.
Para peneliti di jurnal ini juga tidak melakukan pemeriksaan pada keseluruhan keadaan pasien yang menjadi responden penelitian sehingga para peneliti hanya memperkirakannya.





h. Manfaat penelitian
                        Manfaaf praktis
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, mahasiswa keperawatan mampu mengimplementasikannya sebagai variasi dari intervensi untuk pasien diabetes melitus tipe 2
                        Manfaat teoritis
Diharapkan dapat mamberikan tambahan wawasan serta mampu untuk berkontribusi dalam penelitian ini untuk dilanjutkan.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan glukosa untuk masuk ke jaringan dari pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah yang tinggi dan sekresi glukosa melalui urine. Beberapa terapi dapat diberikan pada penderita diabetes melitus tipe 2 salah satunya adalah terapi insulin yang mana berharga sangat mahal dan memiliki efek samping bagi tubuh.
Penggunaan kayu manis sebagai obat tradisional sudah ada sejak jaman dahulu namun baru sekarang banyak dilakukan penelitian terkait dengan kayu manis sebagai obat, terutama sebagai terapi bagi penderita diabetes melitus. Kayu manis sendiri mengandung senyawa yang berfungsi sebagai stimulan sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin.
Jurnal ini meneliti efek dari penggunaan kayu manis pada pasien dengan diabetes melitus, responden penelitian ini sebanyak 40 orang dan di bagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kriteria dari seluruh responden ditentukan oleh para peneliti dan masuk sebagai kriteria inklusif, intervensi yang dilakukan adalah pemberian bubuk ekstrak kayu manis sebanyak 3 gr setelah makan selama 40 hari. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. kesimpulan hasil dari penelitian ini adalah kayu manis dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2
B. Saran
Disarankan dilakukan penelitian serupa namun dengan varietas kayu manis yang berbeda untuk mengetahui apakah jenis kayu manis, tempat tumbuh, iklim dan waktu panen berpengaruh pada kadar gula darah pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2
LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar