BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh kita terdiri dari
milyaran sel yang tumbuh, membagi dan kemudian mati dengan cara yang
diprediksi, kanker terjadi sesuatu berjalan salah dengan sistem ini,
menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkendali dan pertumbuhan (American
Cancer Society,2010a).
Kanker adalah penyakit
orang tua, enam puluh persen dari keganasan baru didiagnosa ditemukan pada
orang yang berusia di atas enam puluh lima; keseluruhan, orang tua adalah 10
kali lebih mungkin untuk mendapatkan kanker, dan 15 kali lebih mungkin untuk
meninggal akibat kanker dibandingkan orang-orang muda menurut (US National
Cancer Institute, 2010).Tiga hipotesis utama telah diusulkan untuk menjelaskan
hubungan antara kanker dan usia.
Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit
pada jalanmakanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu
kelainanpenyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus
(intestinum),usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus
biliaris) dan pancreas (Sujono Hadi, 2002).
Kanker
lambung merupakan keganasan yang berasal dari mukosa lambung, dengan angka
prevalensi keempat terbanyak dari semua jenis kanker yang ada, dan menempati
urutan kedua terbanyak penyebab kematian akibat kanker di dunia. Setiap tahunnya sekitar 880.000 orang yang terdiagnosa sebagai kanker lambung, dan 700.000 orang diantaranya meninggal dunia akibat penyakit ini.
Kanker lambung sering dimulai pada sisi dimana lapisan lambung meradang. Tetapi banyak ahli yakin bahwa peradangan adalah akibat dari kanker lambung, bukan sebagai penyebab kanker. Beberapa ahli berpendapat, ulkusgastrikum bias menyebabkan kanker. Tapi kebanyakan penderita ulkus dan kanker lambung , kemungkinan sudah mengidap kanker yang tidak terdeteksi sebelum tukaknya terbentuk.
Karena
masalah tersebut di atar,as kami memilih jurnal ini, dengan harapan mampu
membantu para penderita Kanker Gastrointestinal di Indonesia untuk mendapatkan
fasilitas kesehatan yang lebih baik dan bagi penderita Kanker Gastrointestinal khususnya dapat
berguna untuk meningkatkan kualitas hidup mereka
Kemoterapi
adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk
membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker. Banyak obat yang
digunakan dalam Kemoterapi.
Pada
kenyataannya Secara umum biasanya digunakan lebih dari satu macam cara
pengobatan di atas, misalnya Pembedahan yang diikuti oleh Kemoterapi atau
Radioterapi, bahkan kadang pengobatan digunakan dengan 3 kombinasi (Pembedahan,
Kemotarapi dan Radioterapi). Pada dasarnya Tujuan utama dari Pembedahan adalah
mengangkat Kanker secara keseluruhan karena Kanker hanya dapat sembuh apabila
belum menjalar ketempat lain. Sedangkan Kemoterapi dan Riadiasi tidak bukan dan
tidak lain bertujuan untuk membunuh sel-sel Kanker atau menghentikan
pertumbuhan sel-sel Kanker yang masih tertinggal.
Kemoterapi
telah digunakan sejak tahun 1950-an. Biasa diberikan sebelum atau sesudah
pembedahan.Tujuannya adalah membasmi seluruh sel-sel Kanker sampai ke
akar-akarnya, sampai ke lokasi yang tidak terjangkau pisau bedah.Paling tidak
untuk mengontrol sel-sel Kanker agar tidak menyebar lebih luas.Pengobatan
Kanker tergantung pada jenis atau tipe Kanker yang diderita dan dari mana asal
Kanker tersebut. Umur, kondisi kesehatan umum pasien serta system pengobatan
juga mempengaruhi proses pengobatan kanker Tujuan yang ingin dicapai dengan
program rehabilitasi medik harus realistis sesuai dengan kemampuan yang ada
pada lansia. Tergantung kemampuan lansia yang bersangkutan serta program rehabilitasi
maka tujuan rehabilitasi adalah mandiri penuh,mandiri dengan pengawasan,
dibantu sebagain atau dibantu penuh
Manfaat dari kemoterapi adalah untuk mencegah, mengurangi pertumbuhan sel yang ganas, dan menghindari terjadinya metastase. Pengobatan
jenis ini dapat dilakukan sebelum dan sesudah operasi kanker. Pengobatan ini menimbulkan beberapa
efek samping (Sudoyo, A. W., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S. K., dan
Siti, S., 2009). Efek samping kemoterapi
tergantung pada jenis obat yang digunakan, jumlah yang diberikan, dan lama
pengobatan. Efek samping yang sering terjadi dari kemoterapi adalah mual dan
muntah, supresi sumsum tulang, mukositis, diare, alopesia, dan infertilitas
(Sudoyo, A. W., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S. K., dan Siti, S., 2009).
Kemoterapi
memiliki kelebihan dibandingkan dengan terapi utama medis lainnya karena obat
yang dipakai mampu merusak sel kanker meskipun telah bermetastase jauh dari asalnya.Namun
demikian obat tersebut menurut Otto (2005) dapat menimbulkan efek toksis dan
disfungsi sistemik hebat meskipun bervariasi dalam keparahannya tergantung
respon individual penderita terhadap obat.
Sejalan dengan pebingkatan pengetahuan dan pelayanan dalam bidang kesehatan, perbaikan gizi dan
pengetahuan mengenai gizi, serta pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan dan kebugaran maka didapatkan
populasi lansia yang meningkatkan
tajam. Pada tahun 2020 jumlah penduduk lansia diduga akan berjumlah 17,3% dari seluruh penduduk.
Perubahan pada lansia sesuai dengan meningkatnya umur adalah proses
penurunan
fungsi seluruh jaringan, organ
sistem tubuh yang mencakup sistem saraf, otot dan tulang,
sistem jantung dan pembuluh darah dan sistem pernafasan. Selain itu seringkali didapatkan penyakit-penyakit yang
menyertai penurunan fungsi tubuh tersebut.
Tujuan
pelayanan kesehatan bidang rehabilitasi medik, khususnya bagi para lansia, adalah sesuai dengan tujuan hidup
di saat usia lanjut ini yaitu : bebas dari penyakit, sehat secara mental, dan sosial,
serta mandiri dalam melakukan kegiatan hidup seharihari.
1.2 Tujuan
·
Penelitian ini bertujuan
untuk menguji dampak dari usulan program rehabilitasi keperawatan manajemen
·
diri efek samping yang
dipilih dari kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker
gastrointestinal.
BAB II
JURNAL PENELITIAN
Impact of
Proposed Nursing Rehabilitation Program on Self management of Selected Side
Effects ofChemotherapy for Elderly Patients with Gastrointestinal Cancer
Dampak yang diusulkan program rehabilitasi perawatan diri pada pengelolaan
dipilih efek samping dari kemoterapi bagi para lansia pasien dengan kanker
pencernaan
Dampak Usulan Keperawatan Program Rehabilitasi pengelolaan Diri Terpilih
Efek Samping Kemoterapi untuk Lansia Penderita Kanker Gastrointestinal
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
PROFIL PENELITIAN
a)
Judul penelitian:
“Impact of Proposed Nursing Rehabilitation
Program on Self management of Selected Side Effects ofChemotherapy for Elderly
Patients with Gastrointestinal Cancer”
b)
Pengarang/ Author/s:
Heba
Ahmed Mohammed ; Khairia Abo Baker Elsawi1; Magdi Mohammed Saber and Manal Mohammed Mostafa Medical- Surgical Nursing,
Faculty of Nursing, Cairo University, Cairo, EgyptMedical oncology, National
Cancer Institute, Cairo University, Cairo, Egypt
c)
Sumber/ Source: :
Journal
of American Science 2012; 8(1):
705-714].
(ISSN: 1545-1003). http://www.americanscience.org.
c) Major/ Minor subject (Key Words):
pasien
usia lanjut dengan
gastrointestinal, toksisitas kemoterapi, program rehabilitasi keperawatan,
manajemen diri dan hasil pasien.
d)
Abstract:
Pasien kanker Lansia yang
menerima kemoterapi mungkin menghadapi banyak tantangan seperti morbiditas co,
polifarmasi dan toksisitas kemoterapi yang dapat mempengaruhi status gizi dan
fungsional; sehingga program rehabilitasi keperawatan sangat penting untuk
mengatasi komplikasi ini dan meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dampak dari usulan program
rehabilitasi keperawatan manajemen diri efek samping yang dipilih dari
kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinal. Untuk
memenuhi tujuan penelitian ini hipotesis penelitian berikut diuji: H1: Kelompok
studi akan memiliki intensitas penurunan efek samping kemoterapi dibandingkan
dengan kelompok kontrol. H2: The post test berarti skor pengetahuan kelompok
studi akan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. H3: The post test
berarti nilai manajemen diri dari kelompok studi akan lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Desain kuasi-eksperimental digunakan dalam penelitian
ini. Contoh kenyamanan 60 pasien pria dan wanita lanjut usia. Pasien secara
acak dibagi menjadi dua kelompok yang sama dan cocok (studi dan kontrol). Empat
alat yang digunakan untuk koleksi data; 1) Sosial-alat profil demografi dan
kesehatan data, 2) alat toksisitas Kemoterapi diinduksi, 3) alat penilaian
kesehatan gigi, 4) penilaian pengetahuan pasca Pra dan alat manajemen diri.
Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: ada statistik perbedaan yang
signifikan antara studi dan kelompok kontrol dalam kaitannya dengan kejadian
efek samping kemoterapi sebagai mual dan muntah, dan diare mucositis setelah
siklus kemoterapi terakhir. Post test berarti nilai pengetahuan yang
berhubungan dengan kemoterapi, fungsi, efek samping, eliminasi, mucositis,
perawatan mulut dan diet seimbang dan post test berarti nilai manajemen diri
yang berkaitan dengan eliminasi, mucositis, mual dan muntah, praktek perawatan
mulut yang lebih tinggi pada kelompok studi dari kelompok kontrol.
Kesimpulannya program rehabilitasi keperawatan tampaknya memiliki dampak
positif pada hasil pencernaan pasien tua itu.
e) Tanggal Publikasi :
3.2 DESKRIPSI PENELITIAN BERDASARKAN METODE PICO
1) Tujuan penelitian
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menguji dampak dari usulan program
rehabilitasi keperawatan manajemen diri efek samping yang dipilih dari
kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinal.
2)
Desain Penelitian
·
Participants and Procedure
60 pasien pria
dan wanita lanjut usia. Pasien secara acak dibagi menjadi dua kelompok yang
sama dan cocok (studi dan kontrol). tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menguji dampak dari usulan program rehabilitasi keperawatan manajemen diri efek
samping yang dipilih dari kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker
gastrointestinal.
· Instrumen
Data yang
berkaitan dengan variabel penelitian dikumpulkan dengan cara alat-alat berikut:
1. Sosial-alat profil demografi dan kesehatan data,
2. alat toksisitas Kemoterapi diinduksi,
3. alat penilaian kesehatan gigi,
4. penilaian pengetahuan pasca Pra dan alat manajemen diri.
3) Populasi / Sample
-
Sample : 60 pasien pria dan wanita
lanjut usia,Pasien secara acak
dibagi menjadi dua kelompok yang sama dan cocok (studi dan kontrol).
Dengan criteria sebagai berikut :
-
Kedua kelompok dirawat di unit
rawat inap medis (sektor publik gratis) untuk menerima kanker protokol
kemoterapi.
-
Subyek menerima siklus kemoterapi
selama tiga sampai empat hari dan diulang setiap dua puluh satu hari.
-
Mendapatkan 6 kali siklus kemoterapi.
-
subyek yang berusia 60 tahun ke
atas memiliki kanker gastrointestinal.
4) Intervensi
Kelompok kontrol :
30 pasien pria dan wanita yang di
rawat inap medis dan menerima siklus kemoterapi kelompok kontrol (kelompok yang
tidak diobati atau tidak terpapar) diikuti oleh peneliti untuk dua tahap siklus
kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus kemoterapi pertama dan tahap kedua
adalah setelah enam siklus.
Tindakan Kelompok Kontrol :
o
Tahap 1:Sebelum siklus
kemoterapi pertama
Pasien yang masuk yang dirawat inap
untuk menerima pengaturan siklus kemoterapi dan setuju untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini diwawancarai oleh peneliti untuk mengisi alat profil
demografi dan kesehatan sosial data, dan penilaian rongga mulut dan tingkat
mucositis jika ada dan kemoterapi induksi toksisitas alat penilaian selesai dan
pengetahuan dan penilaian manajemen diri alat pra dilakukan.
o
Tahap 2:Setelah enam
siklus kemoterapi terakhir
Kelompok kontrol yang menerima
siklus kemoterapi dan menerima manajemen rumah sakit keperawatan rutin
diwawancarai oleh peneliti pada akhir enam siklus kemoterapi untuk mengisi lagi
penilaian rongga mulut dan tingkat mucositis jika alat penilaian hadir dan
kemoterapi induksi toksisitas selesai dan pos- pengetahuan dan penilaian
manajemen diri alat dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh obat kemoterapi
pada kualitas hidup mereka.
Kelompok
intervensi :
Kelompok studi diikuti selama tiga tahap siklus kemoterapi,
tahap pertama sebelum siklus kemoterapi pertama, yang kedua adalah di antara
siklus kemoterapi (siklus kemoterapi 2 dan ke-4), sedangkan tahap ketiga adalah
setelah enam siklus kemoterapi terakhir untuk menilai efek dari program keperawatan
pada intensitas efek samping kemoterapi.
Tindakan
KelompokIntervensi :
o
Tahap 1: Sebelum
siklus kemoterapi pertama
Pasien yang masuk yang mengaku pengaturan rawat inap untuk menerima
siklus kemoterapi dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
diwawancarai oleh peneliti untuk mengisi sosial alat data profil demografi dan
kesehatan dan penilaian rongga mulut dan tingkat mucositis jika digunakan dan
kemoterapi toksisitas yang diinduksi alat penilaian selesai dan pengetahuan dan
penilaian manajemen diri alat pra dilakukan.Pada hari kedua dan ketiga dari
siklus kemoterapi pertama (sebelum sesi kemoterapi) peneliti memberikan
informasi singkat kepada pasien mengenai penilaian rongga mulut dan definisi
dan penyebab mucositis, dan bagaimana hal itu dapat dicegah atau intensitasnya
bisa dikurangi.Peneliti juga menunjukkan prosedur perawatan mulut bagi mereka.
Pada hari keempat siklus kemoterapi pertama, peneliti menyelesaikan informasi
yang berkaitan dengan efek samping kemoterapi lainnya seperti mual, muntah,
diare dan sembelit yang mungkin terjadi, peneliti didefinisikan secara singkat
definisi dan penyebab efek-efek yang merugikan dan cara mencegah atau
mengurangi mereka. Selain itu peneliti menawarkan bahan tertulis kepada pasien
dengan gambar berwarna untuk membantu mereka untuk mengikuti informasi ini di
rumah-rumah mereka dan juga meminta mereka untuk kembali menunjukkan-prosedur
perawatan mulut untuk memastikan bahwa mereka dapat melakukan secara efektif di
rumah mereka.
o
Tahap 2: Di antara
siklus kemoterapi
Pasien ditindaklanjuti setelah mengakhiri siklus pertama kemoterapi di
rumah selama 5 hari melalui telepon di sore hari setidaknya 10 menit dalam
setiap hari untuk memastikan bahwa mereka mengikuti petunjuk kesehatan yang
efektif terkait dengan efek samping kemoterapi.
o
Tahap 2: Pada siklus
kemoterapi kedua dan keempat
Kemoterapi diinduksi alat penilaian toksisitas diisi kembali oleh
peneliti untuk mengidentifikasi efek samping yang mungkin telah mempengaruhi
pasien dan juga untuk menilai rongga mulut dan tingkat mucositis jika
ada.Selain itu, peneliti meminta pasien untuk kembali menunjukkan prosedur
perawatan mulut lagi dan juga meminta mereka tentang efek samping yang terjadi
dan bagaimana mereka berhasil. Pasien ditindaklanjuti setelah mengakhiri siklus
kedua dan keempat kemoterapi di rumah selama tiga hari melalui telepon di sore
hari setidaknya 10 menit dalam setiap hari untuk memastikan bahwa mereka
mengikuti petunjuk kesehatan yang efektif terkait dengan efek samping.
o
Tahap 3: Setelah siklus
kemoterapi keenam
Kelompok studi yang menerima siklus kemoterapi diwawancarai oleh
peneliti setelah siklus kemoterapi keenam untuk mengisi lagi penilaian rongga
mulut dan tingkat mucositis jika alat penilaian hadir dan kemoterapi induksi
toksisitas selesai dan pengetahuan pasca dan alat penilaian manajemen diri yang
dilakukan untuk mengetahui pengaruh program keperawatan manajemen diri efek
samping yang dipilih dari kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker
gastrointestinal.
5) Compare
Kelompok kontrol diikuti oleh peneliti untuk dua tahap siklus
kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus kemoterapi pertama dan tahap kedua
adalah setelah enam siklus kemoterapi. Sedangkan Kelompok intervensi diikuti
selama tiga tahap siklus kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus kemoterapi
pertama, yang kedua adalah di antara siklus kemoterapi (siklus kemoterapi 2 dan
ke-4), sedangkan tahap ketiga adalah setelah enam siklus kemoterapi terakhir
untuk menilai efek dari program keperawatan pada intensitas efek samping kemoterapi.
6) Outcome
o
Tidak ada perbedaan
statistik yang signifikan antara studi dan kontrol mata pelajaran kelompok yang
terkait dengan karakteristik sosio-demografis dan data medis.
o
Kelompok studi akan
memiliki insiden penurunan efek samping chemotherapy's dibandingkan dengan
kelompok kontrol (Tabel 2-6 terkait dengan hipotesis ini). Tabel 3 menunjukkan
bahwa efek samping yang kurang dalam siklus kemoterapi terakhir.
o
Tabel 4 menunjukkan bahwa
kejadian mual dan muntah, dan diare mucositis secara statistik signifikan lebih
rendah pada kelompok studi dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan
kejadian konstipasi adalah tidak signifikan lebih rendah pada kelompok
studi.Tabel 6 menunjukkan bahwa kejadian mucositis secara signifikan lebih
rendah pada kelompok studi dibandingkan dengan kelompok kontrol.Semua hasil
dari tabel 2 sampai 6 dukungan Hipotesis (1).
o post test berarti skor pengetahuan kelompok studi akan lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (Tabel 7 terkait dengan hipotesis
ini). Tabel (7) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara subyek
penelitian dan kelompok kontrol dalam kaitannya dengan hasil alat penilaian
pra. Sehubungan dengan mengirim hasil alat penilaian, kelompok studi
menunjukkan lebih tinggi berarti skor Pengetahuan yang berkaitan dengan fungsi
kemoterapi, chemotherapy's efek samping, sembelit, diare, mucositis dan
perawatan mulut dibandingkan dengan subyek kelompok kontrol, dengan perbedaan
statistik yang signifikan antara mereka .
o Menurut pengetahuan yang berhubungan dengan mual dan muntah,
studi dan mata pelajaran kelompok kontrol menunjukkan nilai rata-rata yang
sama, dengan tidak ada perbedaan statistik yang signifikan antara mereka (t =
450.000 pada P = 1.000). Semua hasil dari tabel 7 dukungan Hipotesis (2).
o The post test berarti nilai manajemen diri dari kelompok studi
akan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (Tabel 8 terkait dengan
hipotesis ini). Table (8) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan statistik yang
signifikan antara subyek penelitian dan kelompok kontrol dalam kaitannya dengan
hasil alat penilaian pra.Sehubungan dengan mengirim hasil alat penilaian,
kelompok studi menunjukkan skor rata-rata yang lebih tinggi dari manajemen diri
sembelit, diare, mucositis, mual dan muntah dan praktek perawatan mulut
dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan perbedaan statistik yang
signifikan antara mereka.Semua hasil dari tabel 8 dukungan Hipotesis (3).
Critical
Thinking
Penelitian
ini menjelaskan ada 2 intervensi yang digunakan, yaitu : Kelompok kontrol diikuti oleh
peneliti untuk dua tahap siklus kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus
kemoterapi pertama dan tahap kedua adalah setelah enam siklus kemoterapi.
Sedangkan Kelompok intervensi diikuti selama tiga tahap siklus kemoterapi,
tahap pertama sebelum siklus kemoterapi pertama, yang kedua adalah di antara
siklus kemoterapi (siklus kemoterapi 2 dan ke-4), sedangkan tahap ketiga adalah
setelah enam siklus kemoterapi terakhir untuk menilai efek dari program
keperawatan pada intensitas efek samping kemoterapi.
Jika dibandingkan dengan jurnal,
terdapat perbandingan signifikan menunjukkan bahwa kejadian mual dan muntah,
dan diare mucositis secara statistik signifikan lebih rendah pada kelompok
studi dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan kejadian konstipasi
adalah tidak signifikan lebih rendah pada kelompok studi.
Kemoterapi memiliki kelebihan
dibandingkan dengan terapi utama medis lainnya karena obat yang dipakai mampu
merusak sel kanker meskipun telah bermetastase jauh dari asalnya. Namun demikian
obat tersebut menurut Otto (2005) dapat menimbulkan efek toksis dan disfungsi
sistemik hebat meskipun bervariasi dalam keparahannya tergantung respon
individual penderita terhadap obat.
Jika pemantauan
seperti penelitian ini di terapkan di indonesia maka pengetahuan dan praktik
kesehatan tentang tindakan kemoterapi untuk pasien usia
lanjut dengan kanker pencernaan semakin baik dan
mengarahkan individu selalu menjaga kesehatan.
Dalam penelitian
ini,
setelah di lakukan penelitian
tentang program rehabilitasi
keperawatan manajemen diri efek samping yang dipilih dari kemoterapi untuk
pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinaltidak berhenti
namun di lakukan pemantauan,pengecekan rutin dari awal kemoterapi langsung dari badan
kesehatan yang bergerak di bidang
kesehatan.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Disimpulkan bahwa kemoterapi memiliki kelebihan
dibandingkan dengan terapi utama medis lainnya karena obat yang dipakai mampu
merusak sel kanker meskipun telah bermetastase jauh dari asalnya.Namun demikian
obat tersebut dapat menimbulkan efek toksis dan disfungsi sistemik hebat
meskipun bervariasi dalam keparahannya tergantung respon individual penderita
terhadap obat.
Saran
Semoga dengan adanya jurnal ini sekaligus
setelah dianalisa dapat menambah ilmu bagi kita semua, dan bagi crew semoga
lebih giat lagi dalam menata kata – kata di setiap pointnya.
Daftar Pustaka
·
A. Price, Sylvia dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi
buku 2. Edisi 4. Jakarta
·
Company, W.B
Saunder.1998.Kamus Saku Kedokteran Dorland, Jakarta.EGC
·
Price, Sylvia A dan Loraine M.
William.1995.Patofisiologi.Jakarta.EGC
·
Stein, Jay H.2001.Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta. EGC
·
Widoyono, 2011.PENYAKIT TROPIS Epidomologi, Penularan,
Pencegahan, & Pemberantasannya, Jakarta, EMS
·
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/download/102/87online,
diakses 23 September 2014, 20.15
·
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20562122online,
diakses 17 September 2014, 03.30
·
https://www.scribd.com/doc/49097097/pedoman-penanggulangan-asma-2009online,
diakses 2 Oktober 2014, pukul 10.11
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar