Cari Blog Ini

Minggu, 14 Juni 2015

Analisis Jurnal 2 (link jurnal termasuk)



                                                       BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Tubuh kita terdiri dari milyaran sel yang tumbuh, membagi dan kemudian mati dengan cara yang diprediksi, kanker terjadi sesuatu berjalan salah dengan sistem ini, menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkendali dan pertumbuhan (American Cancer Society,2010a).   
Kanker adalah penyakit orang tua, enam puluh persen dari keganasan baru didiagnosa ditemukan pada orang yang berusia di atas enam puluh lima; keseluruhan, orang tua adalah 10 kali lebih mungkin untuk mendapatkan kanker, dan 15 kali lebih mungkin untuk meninggal akibat kanker dibandingkan orang-orang muda menurut (US National Cancer Institute, 2010).Tiga hipotesis utama telah diusulkan untuk menjelaskan hubungan antara kanker dan usia.
Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalanmakanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainanpenyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum),usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan pancreas (Sujono Hadi, 2002).
Kanker lambung merupakan keganasan yang berasal dari mukosa lambung, dengan angka prevalensi keempat terbanyak dari semua jenis kanker yang ada, dan menempati urutan kedua terbanyak penyebab kematian akibat kanker di dunia. Setiap tahunnya sekitar 880.000 orang yang terdiagnosa sebagai kanker lambung, dan 700.000 orang diantaranya meninggal dunia akibat penyakit ini.
     Kanker lambung sering dimulai pada sisi dimana lapisan lambung meradang. Tetapi banyak ahli yakin bahwa peradangan adalah akibat dari kanker lambung, bukan sebagai penyebab kanker. Beberapa ahli berpendapat, ulkusgastrikum bias menyebabkan kanker. Tapi kebanyakan penderita ulkus dan kanker lambung             , kemungkinan sudah mengidap kanker yang tidak terdeteksi sebelum tukaknya terbentuk.
Karena masalah tersebut di atar,as kami memilih jurnal ini, dengan harapan mampu membantu para penderita Kanker Gastrointestinal di Indonesia untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang lebih baik dan bagi penderita Kanker Gastrointestinal khususnya dapat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup mereka
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker. Banyak obat yang digunakan dalam Kemoterapi.
Pada kenyataannya Secara umum biasanya digunakan lebih dari satu macam cara pengobatan di atas, misalnya Pembedahan yang diikuti oleh Kemoterapi atau Radioterapi, bahkan kadang pengobatan digunakan dengan 3 kombinasi (Pembedahan, Kemotarapi dan Radioterapi). Pada dasarnya Tujuan utama dari Pembedahan adalah mengangkat Kanker secara keseluruhan karena Kanker hanya dapat sembuh apabila belum menjalar ketempat lain. Sedangkan Kemoterapi dan Riadiasi tidak bukan dan tidak lain bertujuan untuk membunuh sel-sel Kanker atau menghentikan pertumbuhan sel-sel Kanker yang masih tertinggal.
Kemoterapi telah digunakan sejak tahun 1950-an. Biasa diberikan sebelum atau sesudah pembedahan.Tujuannya adalah membasmi seluruh sel-sel Kanker sampai ke akar-akarnya, sampai ke lokasi yang tidak terjangkau pisau bedah.Paling tidak untuk mengontrol sel-sel Kanker agar tidak menyebar lebih luas.Pengobatan Kanker tergantung pada jenis atau tipe Kanker yang diderita dan dari mana asal Kanker tersebut. Umur, kondisi kesehatan umum pasien serta system pengobatan juga mempengaruhi proses pengobatan kanker Tujuan yang ingin dicapai dengan program rehabilitasi medik harus realistis sesuai dengan kemampuan yang ada pada lansia. Tergantung kemampuan lansia yang bersangkutan serta program rehabilitasi maka tujuan rehabilitasi adalah mandiri penuh,mandiri dengan pengawasan, dibantu sebagain atau dibantu penuh
Manfaat dari kemoterapi adalah untuk mencegah, mengurangi pertumbuhan sel yang ganas, dan menghindari terjadinya metastase. Pengobatan jenis ini dapat dilakukan sebelum dan sesudah operasi kanker. Pengobatan ini menimbulkan beberapa efek samping (Sudoyo, A. W., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S. K., dan Siti, S., 2009).  Efek samping kemoterapi tergantung pada jenis obat yang digunakan, jumlah yang diberikan, dan lama pengobatan. Efek samping yang sering terjadi dari kemoterapi adalah mual dan muntah, supresi sumsum tulang, mukositis, diare, alopesia, dan infertilitas (Sudoyo, A. W., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S. K., dan Siti, S., 2009).

Kemoterapi memiliki kelebihan dibandingkan dengan terapi utama medis lainnya karena obat yang dipakai mampu merusak sel kanker meskipun telah bermetastase jauh dari asalnya.Namun demikian obat tersebut menurut Otto (2005) dapat menimbulkan efek toksis dan disfungsi sistemik hebat meskipun bervariasi dalam keparahannya tergantung respon individual penderita terhadap obat.
Sejalan dengan pebingkatan pengetahuan dan pelayanan dalam bidang kesehatan, perbaikan gizi dan pengetahuan mengenai gizi, serta pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan dan kebugaran maka didapatkan populasi lansia yang meningkatkan tajam. Pada tahun 2020 jumlah penduduk lansia diduga akan berjumlah 17,3% dari seluruh penduduk.
Perubahan pada lansia sesuai dengan meningkatnya umur adalah proses penurunan
fungsi seluruh jaringan, organ sistem tubuh yang mencakup sistem saraf, otot dan tulang, sistem jantung dan pembuluh darah dan sistem pernafasan. Selain itu seringkali didapatkan penyakit-penyakit yang menyertai penurunan fungsi tubuh tersebut. Tujuan pelayanan kesehatan bidang rehabilitasi medik, khususnya bagi para lansia, adalah sesuai dengan tujuan hidup di saat usia lanjut ini yaitu : bebas dari penyakit, sehat secara mental, dan sosial, serta mandiri dalam melakukan kegiatan hidup seharihari.

1.2  Tujuan
·         Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak dari usulan program rehabilitasi keperawatan manajemen
·         diri efek samping yang dipilih dari kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinal.































BAB II
JURNAL PENELITIAN

Impact of Proposed Nursing Rehabilitation Program on Self management of Selected Side Effects ofChemotherapy for Elderly Patients with Gastrointestinal Cancer
Dampak yang diusulkan program rehabilitasi perawatan diri pada pengelolaan dipilih efek samping dari kemoterapi bagi para lansia pasien dengan kanker pencernaan
Dampak Usulan Keperawatan Program Rehabilitasi pengelolaan Diri Terpilih Efek Samping Kemoterapi untuk Lansia Penderita Kanker Gastrointestinal



































BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PROFIL PENELITIAN
a)      Judul penelitian:
“Impact of Proposed Nursing Rehabilitation Program on Self management of Selected Side Effects ofChemotherapy for Elderly Patients with Gastrointestinal Cancer”
b)     Pengarang/ Author/s:
Heba Ahmed Mohammed ; Khairia Abo Baker Elsawi1; Magdi Mohammed Saber and Manal Mohammed Mostafa Medical- Surgical Nursing, Faculty of Nursing, Cairo University, Cairo, EgyptMedical oncology, National Cancer Institute, Cairo University, Cairo, Egypt
c)      Sumber/ Source: :
Journal of American Science 2012; 8(1):
705-714]. (ISSN: 1545-1003). http://www.americanscience.org.
c)      Major/ Minor subject (Key Words):
pasien usia lanjut dengan gastrointestinal, toksisitas kemoterapi, program rehabilitasi keperawatan, manajemen diri dan hasil pasien.
d)      Abstract:
Pasien kanker Lansia yang menerima kemoterapi mungkin menghadapi banyak tantangan seperti morbiditas co, polifarmasi dan toksisitas kemoterapi yang dapat mempengaruhi status gizi dan fungsional; sehingga program rehabilitasi keperawatan sangat penting untuk mengatasi komplikasi ini dan meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dampak dari usulan program rehabilitasi keperawatan manajemen diri efek samping yang dipilih dari kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinal. Untuk memenuhi tujuan penelitian ini hipotesis penelitian berikut diuji: H1: Kelompok studi akan memiliki intensitas penurunan efek samping kemoterapi dibandingkan dengan kelompok kontrol. H2: The post test berarti skor pengetahuan kelompok studi akan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. H3: The post test berarti nilai manajemen diri dari kelompok studi akan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Desain kuasi-eksperimental digunakan dalam penelitian ini. Contoh kenyamanan 60 pasien pria dan wanita lanjut usia. Pasien secara acak dibagi menjadi dua kelompok yang sama dan cocok (studi dan kontrol). Empat alat yang digunakan untuk koleksi data; 1) Sosial-alat profil demografi dan kesehatan data, 2) alat toksisitas Kemoterapi diinduksi, 3) alat penilaian kesehatan gigi, 4) penilaian pengetahuan pasca Pra dan alat manajemen diri. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: ada statistik perbedaan yang signifikan antara studi dan kelompok kontrol dalam kaitannya dengan kejadian efek samping kemoterapi sebagai mual dan muntah, dan diare mucositis setelah siklus kemoterapi terakhir. Post test berarti nilai pengetahuan yang berhubungan dengan kemoterapi, fungsi, efek samping, eliminasi, mucositis, perawatan mulut dan diet seimbang dan post test berarti nilai manajemen diri yang berkaitan dengan eliminasi, mucositis, mual dan muntah, praktek perawatan mulut yang lebih tinggi pada kelompok studi dari kelompok kontrol. Kesimpulannya program rehabilitasi keperawatan tampaknya memiliki dampak positif pada hasil pencernaan pasien tua itu.

e)      Tanggal Publikasi :
            Journal of American Science 2012; 8(1): http://www.americanscience.org.

3.2  DESKRIPSI PENELITIAN BERDASARKAN METODE PICO
1)      Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dampak dari usulan program rehabilitasi keperawatan manajemen diri efek samping yang dipilih dari kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinal.
2)      Desain Penelitian
·         Participants and Procedure
60 pasien pria dan wanita lanjut usia. Pasien secara acak dibagi menjadi dua kelompok yang sama dan cocok (studi dan kontrol). tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dampak dari usulan program rehabilitasi keperawatan manajemen diri efek samping yang dipilih dari kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinal.

·         Instrumen

Data yang berkaitan dengan variabel penelitian dikumpulkan dengan cara alat-alat berikut:
1.      Sosial-alat profil demografi dan kesehatan data,
2.      alat toksisitas Kemoterapi diinduksi,
3.      alat penilaian kesehatan gigi,
4.      penilaian pengetahuan pasca Pra dan alat manajemen diri.

3)      Populasi / Sample
-          Sample : 60 pasien pria dan wanita lanjut usia,Pasien secara acak dibagi menjadi dua kelompok yang sama dan cocok (studi dan kontrol).
Dengan criteria sebagai berikut :
-          Kedua kelompok dirawat di unit rawat inap medis (sektor publik gratis) untuk menerima kanker protokol kemoterapi.
-          Subyek menerima siklus kemoterapi selama tiga sampai empat hari dan diulang setiap dua puluh satu hari.
-          Mendapatkan 6 kali siklus kemoterapi.
-          subyek yang berusia 60 tahun ke atas memiliki kanker gastrointestinal.
4)      Intervensi
Kelompok kontrol :
            30 pasien pria dan wanita yang di rawat inap medis dan menerima siklus kemoterapi kelompok kontrol (kelompok yang tidak diobati atau tidak terpapar) diikuti oleh peneliti untuk dua tahap siklus kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus kemoterapi pertama dan tahap kedua adalah setelah enam siklus.
Tindakan Kelompok Kontrol :
o   Tahap 1:Sebelum siklus kemoterapi pertama
Pasien yang masuk yang dirawat inap untuk menerima pengaturan siklus kemoterapi dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini diwawancarai oleh peneliti untuk mengisi alat profil demografi dan kesehatan sosial data, dan penilaian rongga mulut dan tingkat mucositis jika ada dan kemoterapi induksi toksisitas alat penilaian selesai dan pengetahuan dan penilaian manajemen diri alat pra dilakukan.
o   Tahap 2:Setelah enam siklus kemoterapi terakhir
Kelompok kontrol yang menerima siklus kemoterapi dan menerima manajemen rumah sakit keperawatan rutin diwawancarai oleh peneliti pada akhir enam siklus kemoterapi untuk mengisi lagi penilaian rongga mulut dan tingkat mucositis jika alat penilaian hadir dan kemoterapi induksi toksisitas selesai dan pos- pengetahuan dan penilaian manajemen diri alat dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh obat kemoterapi pada kualitas hidup mereka.

Kelompok intervensi  :
Kelompok studi diikuti selama tiga tahap siklus kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus kemoterapi pertama, yang kedua adalah di antara siklus kemoterapi (siklus kemoterapi 2 dan ke-4), sedangkan tahap ketiga adalah setelah enam siklus kemoterapi terakhir untuk menilai efek dari program keperawatan pada intensitas efek samping kemoterapi.
Tindakan KelompokIntervensi :
o   Tahap 1: Sebelum siklus kemoterapi pertama
Pasien yang masuk yang mengaku pengaturan rawat inap untuk menerima siklus kemoterapi dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini diwawancarai oleh peneliti untuk mengisi sosial alat data profil demografi dan kesehatan dan penilaian rongga mulut dan tingkat mucositis jika digunakan dan kemoterapi toksisitas yang diinduksi alat penilaian selesai dan pengetahuan dan penilaian manajemen diri alat pra dilakukan.Pada hari kedua dan ketiga dari siklus kemoterapi pertama (sebelum sesi kemoterapi) peneliti memberikan informasi singkat kepada pasien mengenai penilaian rongga mulut dan definisi dan penyebab mucositis, dan bagaimana hal itu dapat dicegah atau intensitasnya bisa dikurangi.Peneliti juga menunjukkan prosedur perawatan mulut bagi mereka. Pada hari keempat siklus kemoterapi pertama, peneliti menyelesaikan informasi yang berkaitan dengan efek samping kemoterapi lainnya seperti mual, muntah, diare dan sembelit yang mungkin terjadi, peneliti didefinisikan secara singkat definisi dan penyebab efek-efek yang merugikan dan cara mencegah atau mengurangi mereka. Selain itu peneliti menawarkan bahan tertulis kepada pasien dengan gambar berwarna untuk membantu mereka untuk mengikuti informasi ini di rumah-rumah mereka dan juga meminta mereka untuk kembali menunjukkan-prosedur perawatan mulut untuk memastikan bahwa mereka dapat melakukan secara efektif di rumah mereka.
o   Tahap 2: Di antara siklus kemoterapi
Pasien ditindaklanjuti setelah mengakhiri siklus pertama kemoterapi di rumah selama 5 hari melalui telepon di sore hari setidaknya 10 menit dalam setiap hari untuk memastikan bahwa mereka mengikuti petunjuk kesehatan yang efektif terkait dengan efek samping kemoterapi.

o   Tahap 2: Pada siklus kemoterapi kedua dan keempat
Kemoterapi diinduksi alat penilaian toksisitas diisi kembali oleh peneliti untuk mengidentifikasi efek samping yang mungkin telah mempengaruhi pasien dan juga untuk menilai rongga mulut dan tingkat mucositis jika ada.Selain itu, peneliti meminta pasien untuk kembali menunjukkan prosedur perawatan mulut lagi dan juga meminta mereka tentang efek samping yang terjadi dan bagaimana mereka berhasil. Pasien ditindaklanjuti setelah mengakhiri siklus kedua dan keempat kemoterapi di rumah selama tiga hari melalui telepon di sore hari setidaknya 10 menit dalam setiap hari untuk memastikan bahwa mereka mengikuti petunjuk kesehatan yang efektif terkait dengan efek samping.
o   Tahap 3: Setelah siklus kemoterapi keenam
Kelompok studi yang menerima siklus kemoterapi diwawancarai oleh peneliti setelah siklus kemoterapi keenam untuk mengisi lagi penilaian rongga mulut dan tingkat mucositis jika alat penilaian hadir dan kemoterapi induksi toksisitas selesai dan pengetahuan pasca dan alat penilaian manajemen diri yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh program keperawatan manajemen diri efek samping yang dipilih dari kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinal.
5)      Compare
Kelompok kontrol diikuti oleh peneliti untuk dua tahap siklus kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus kemoterapi pertama dan tahap kedua adalah setelah enam siklus kemoterapi. Sedangkan Kelompok intervensi diikuti selama tiga tahap siklus kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus kemoterapi pertama, yang kedua adalah di antara siklus kemoterapi (siklus kemoterapi 2 dan ke-4), sedangkan tahap ketiga adalah setelah enam siklus kemoterapi terakhir untuk menilai efek dari program keperawatan pada intensitas efek samping kemoterapi.
6)      Outcome
o   Tidak ada perbedaan statistik yang signifikan antara studi dan kontrol mata pelajaran kelompok yang terkait dengan karakteristik sosio-demografis dan data medis.
o   Kelompok studi akan memiliki insiden penurunan efek samping chemotherapy's dibandingkan dengan kelompok kontrol (Tabel 2-6 terkait dengan hipotesis ini). Tabel 3 menunjukkan bahwa efek samping yang kurang dalam siklus kemoterapi terakhir.
o   Tabel 4 menunjukkan bahwa kejadian mual dan muntah, dan diare mucositis secara statistik signifikan lebih rendah pada kelompok studi dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan kejadian konstipasi adalah tidak signifikan lebih rendah pada kelompok studi.Tabel 6 menunjukkan bahwa kejadian mucositis secara signifikan lebih rendah pada kelompok studi dibandingkan dengan kelompok kontrol.Semua hasil dari tabel 2 sampai 6 dukungan Hipotesis (1).
o   post test berarti skor pengetahuan kelompok studi akan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (Tabel 7 terkait dengan hipotesis ini). Tabel (7) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara subyek penelitian dan kelompok kontrol dalam kaitannya dengan hasil alat penilaian pra. Sehubungan dengan mengirim hasil alat penilaian, kelompok studi menunjukkan lebih tinggi berarti skor Pengetahuan yang berkaitan dengan fungsi kemoterapi, chemotherapy's efek samping, sembelit, diare, mucositis dan perawatan mulut dibandingkan dengan subyek kelompok kontrol, dengan perbedaan statistik yang signifikan antara mereka .
o   Menurut pengetahuan yang berhubungan dengan mual dan muntah, studi dan mata pelajaran kelompok kontrol menunjukkan nilai rata-rata yang sama, dengan tidak ada perbedaan statistik yang signifikan antara mereka (t = 450.000 pada P = 1.000). Semua hasil dari tabel 7 dukungan Hipotesis (2).
o   The post test berarti nilai manajemen diri dari kelompok studi akan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (Tabel 8 terkait dengan hipotesis ini). Table (8) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan statistik yang signifikan antara subyek penelitian dan kelompok kontrol dalam kaitannya dengan hasil alat penilaian pra.Sehubungan dengan mengirim hasil alat penilaian, kelompok studi menunjukkan skor rata-rata yang lebih tinggi dari manajemen diri sembelit, diare, mucositis, mual dan muntah dan praktek perawatan mulut dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan perbedaan statistik yang signifikan antara mereka.Semua hasil dari tabel 8 dukungan Hipotesis (3).



Critical Thinking
Penelitian ini menjelaskan ada 2 intervensi yang digunakan, yaitu : Kelompok kontrol diikuti oleh peneliti untuk dua tahap siklus kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus kemoterapi pertama dan tahap kedua adalah setelah enam siklus kemoterapi. Sedangkan Kelompok intervensi diikuti selama tiga tahap siklus kemoterapi, tahap pertama sebelum siklus kemoterapi pertama, yang kedua adalah di antara siklus kemoterapi (siklus kemoterapi 2 dan ke-4), sedangkan tahap ketiga adalah setelah enam siklus kemoterapi terakhir untuk menilai efek dari program keperawatan pada intensitas efek samping kemoterapi.
Jika dibandingkan dengan jurnal, terdapat perbandingan signifikan menunjukkan bahwa kejadian mual dan muntah, dan diare mucositis secara statistik signifikan lebih rendah pada kelompok studi dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan kejadian konstipasi adalah tidak signifikan lebih rendah pada kelompok studi.
Kemoterapi memiliki kelebihan dibandingkan dengan terapi utama medis lainnya karena obat yang dipakai mampu merusak sel kanker meskipun telah bermetastase jauh dari asalnya. Namun demikian obat tersebut menurut Otto (2005) dapat menimbulkan efek toksis dan disfungsi sistemik hebat meskipun bervariasi dalam keparahannya tergantung respon individual penderita terhadap obat.
Jika pemantauan seperti penelitian ini di terapkan di indonesia maka pengetahuan dan praktik kesehatan tentang tindakan kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker pencernaan semakin baik dan mengarahkan individu selalu menjaga kesehatan.
Dalam penelitian ini, setelah di lakukan penelitian tentang program rehabilitasi keperawatan manajemen diri efek samping yang dipilih dari kemoterapi untuk pasien usia lanjut dengan kanker gastrointestinaltidak berhenti namun di lakukan pemantauan,pengecekan rutin dari awal kemoterapi langsung dari badan kesehatan yang bergerak di bidang kesehatan.













BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Disimpulkan bahwa kemoterapi memiliki kelebihan dibandingkan dengan terapi utama medis lainnya karena obat yang dipakai mampu merusak sel kanker meskipun telah bermetastase jauh dari asalnya.Namun demikian obat tersebut dapat menimbulkan efek toksis dan disfungsi sistemik hebat meskipun bervariasi dalam keparahannya tergantung respon individual penderita terhadap obat.


Saran
                      Semoga dengan adanya jurnal ini sekaligus setelah dianalisa dapat menambah ilmu bagi kita semua, dan bagi crew semoga lebih giat lagi dalam menata kata – kata di setiap pointnya.



















Daftar Pustaka

·         A. Price, Sylvia dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi buku 2. Edisi 4. Jakarta
·         Company, W.B Saunder.1998.Kamus Saku Kedokteran Dorland, Jakarta.EGC
·         Price, Sylvia A dan Loraine M. William.1995.Patofisiologi.Jakarta.EGC
·         Stein, Jay H.2001.Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. EGC
·         Widoyono, 2011.PENYAKIT TROPIS Epidomologi, Penularan, Pencegahan, & Pemberantasannya, Jakarta, EMS
·         http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/download/102/87online, diakses 23 September 2014, 20.15
·        http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20562122online, diakses 17 September 2014, 03.30
·         https://www.scribd.com/doc/49097097/pedoman-penanggulangan-asma-2009online, diakses 2 Oktober 2014, pukul 10.11














Lampiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar