Cari Blog Ini

Minggu, 14 Juni 2015

Analisis Jurnal 4 (link jurnal termasuk)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Multiple Sclerosis (MS) adalah penyakit sistem saraf pusat akibat kerusakan myelin, myelin adalah materi lemak yang melindungi saraf sehingga respon saraf menuju otak atau sumsum tulang belakang berjalan dengan lancar. MS sendiri belum diketahui pasti apa penyebabnya, saat ini para ahli menduga bahwa MS disebabkan oleh respons abnormal dari sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari benda asing atau antigen malah balik menyerang tubuh (dalam kasus MS, bagian yang terserang sangat spesifik yaitu myelin) sehingga sel-sel sehat tubuh mengalami kerusakan dan tidak berfungsi dengan baik.
            Menurut survei penderita MS paling banyak adalah wanita dari pada pria, MS sendiri bukanlah penyakit keturunan, namun seorang anak yang dilahirkan oleh orang tua yang menderita MS memiliki risiko tinggi terjangkit MS. Umumnya MS menyerang di usia muda yaitu umur 22 – 39 tahun, namun tidak tertutup kemungkinan anak kecil ataupun lansia bisa terkena penyakit ini.
            Survei terbaru menunjukkan bahwa penderita MS di dunia meningkat 10% dalam kurun waktu lima tahun terakhir, dan hingga kini penderita MS mencapai 2,3 juta jiwa di seluruh dunia. Saat ini negara-negara maju di dunia mulai meningkatkan tenaga medis dan teknologi untuk membantu penderita MS, namun sayangnya untuk negara berkembang bantuan-bantuan seperti itu tidak mencukupi untuk membantu masyarakatnya yang menderita MS.
            Karena masalah tersebut di atas kami memilih jurnal ini, dengan harapan mampu membantu para penderita MS di Indonesia untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang lebih baik dan bagi penderita MS khususnya dapat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup mereka
1.2 Tujuan Penulisan
·         Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area keperawatan terkait dengan penyakit Multiple Sclerosis (MS)
·         Memberikan penjelasan tentang temuan terbaru atau inovasi di dunia keperawatan bagaimana cara meningkatkan kualitas hidup, kognitif dan memperbaiki mood menggunakan latihan fisik berupa aerobik dan tredmill.
·         Meningkatkan critical thinking tentang manfaat hasil penelitian ini bagi penderita Multiple Sclerosis bagi dunia keperawatan.



BAB II
JURNAL PENELITIAN
Aerobic Exercise in People with Multiple Sclerosis Its Feasibility and Secondary Benefits
(Latihan aerobik untuk Orang dengan multiple Sclerosis
Kelayakan dan Manfaat Sekundernya)





















BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Penelitian
            a. Judul Penelitian
Aerobic Exercise in People with Multiple Sclerosis Its Feasibility Ana Secondary Benefits (Latihan aerobik untuk Orang dengan multiple Sclerosis Kelayakan dan Manfaat Sekundernya)
b. Pengarang
Chad Swank, PT, PhD, NCS;
Mary Thompson, PT, PhD, GCS;
Ann Medley, PT, PhD, CEEAA
c. Sumber
Int J MS Care. 2013;15:138–145. http://ijmsc.org/doi/full/10.7224/1537-2073.2012-037
d. Major/ Minor subject (Key Words)
Aerobic exercise, Multiple Sclerosis,  Improvement Mood, Cognitive Function

 e. Abstract
The aims of this study were to explore the feasibility of structured aerobic exercise followed by a periode of unstructured physical activity and determine the impact of such exercise on cognition, mood, Ana quality of life in people with multiple sclerosis (MS). A convenience sample of 9 individuals with relapsing-remitting MS performed 30 minutes of aerobic exercise (upper- and lower-extremity ergometry Ana treadmill ambulation) twice weekly for 8 weeks, followed by 3 months of unstructured physical activity. Eight participants completed the intervention and posttest; 6 returned for the 3-month follow-up. Cardiovascular finess, cognition, mood (measured with the Beck Depression Inventory–II; BDI-II), and quality of life (measured with the Multiple Sclerosis Quality of Life–54; MSQOL-54) were assessed. Participants completed 27.9 minutes of exercise per session, with an 85.1% attendance rate. Evaluation using the Wilcoxon signed rank test revealed no deleterious effects and improved results on the BDI-II and MSQOL-54 mental subscale. Analysis of change scores using the one-sample t test revealed that the BDI-II and MSQOL-54 were changed from zero after structured exercise, baut only the BDI-II maintained improvement after unstructured physical activity. Further analysis of BDI-II subscales revealed that improvement occurred only in the Somato-Affective subscale. In this study, program feasibility was demonstrated in several ways. There were no declines in cognitive function over the 5-month period. Despite unchanged cognitive function, participants may value The improved mood enough to continue both the structured and unstructured physical activity. The rol of unstructured physical activity in concert with periodic structured exercise programs merits further investigation.       

 
f. Tanggal Publikasi
23 September 2013
3.2 Deskripsi penelitian berdasarkan metode PICO:
a. Tujuan penelitian
Membantu penderita Multiple Sclerosis dalam meningkatkan fungsi kognitif, peningkatan mood, dan perbaikan kualitas hidup menggunakan latihan fisik berupa aerobik dan tredmill.
b. Desain penelitian
            Studi real eksperimen
c. Analisis PICO dan Critical Thingking
Analisis PICO
Critical Thinking
Populasi :
·         9 orang responden dari Dallas, Texas. Menyelesaikan pre-test
·         8 orang yang menyelesaikan intervensi dan pos-test
·         6 orang yang bisa melakukan tindak lanjut selama 3 bulan berikutnya
Kriteria Populasi
·         Terdiri dari 7 pria dan 2 wanita
·         Berumur 29-55 tahun
·         Memiliki penyakit Multiple Sclerosis (MS)
·         Memiliki durasi kekambuhan MS rata-rata 3 kali dalam setahun
·         berkulit putih dan orang Afrika-Amerika

             Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari satu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusif. (Nursalam. 2008.)
            Multiple Sclerosis atau MS adalah salah satu penyakit sistem syaraf pusat (otak dan jaringan syaraf sum-sum tulang belakang) akibat  kerusakan myelin. Myelin adalah materi yang melindungi syaraf, berfungsi seperti lapisan pelindung pada kabel listrik dan memudahkan syaraf untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi pengiriman impuls inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat, dan terkoordinasi dilakukan hanya dengan sedikit upaya. Pada MS, kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan ‘pesan’ ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang. Penyebab penyakit ini masih tidak jelas dan para ahli menduga bahwa penyebabnya adalah autoimun, yaitu sistem kekebalan yang fungsinya menjadi abnormal sehingga menyerang sel-sel tubuh yang sehat, namun pada kasus MS ini bagian tubuh yang diserang sangat spesifik yaitu myelin. (Fransisca, 2008)
Intervensi :
·         Studi percontohan ini berlangsung selama 5 bulan
·         Di bagi menjadi 2 komponen utama yaitu latihan aerobik selama 8 minggu dan latihan fisik umum selama 3 bulan
·         Perlakuan ini terdiri dari 19 sesi
·         Sesi 1 adalah pemberian pre-tes pada seluruh responden
·         Sesi 2-17 adalah pemberian latihan aerobik selama 8 minggu
·         Latihan aerobik ini dilakukan sebanyak 2x seminggu selama 8 minggu
·         Bertempat di Universitas Woman of Texas
·         Latihan ini dilakukan selama 30 menit, 15 menit adalah senam aerobik untuk menggerakkan ekstremitas atas dan bawah, 15 menit terakhir digunakan untuk latihan ambulasi tubuh dengan menggunakan tredmill.
·         Pada saat latihan peneliti selalu mengawasi tanda-tanda vital responden untuk keamanan
·         Sesi 18 adalah pemberian pos-tes
·         Setelah itu responden melakukan latihan fisik tanpa asuhan dari peneliti
·         Sesi 19 adalah tes tindak lanjut, sesi ini tidak ada latihan atau kegiatan khusus dari peneliti, hanya rekomendasi untuk berpartisipasi dalam latihan fisik di masyarakat.

Latihan fisik atau exercise adalah gerakan tubuh yang direncanakan, restruktur dan berulang. Untuk memelihara atau meningkatkan kebugaran fisik. Rekomendasi latihan fisik per hari adalah 30 menit per hari, namun ada juga sumber lain yang merekomendasikan untuk latihan fisik per hari adalah 60 menit per hari. (Michael et al, 2009)
Compare : ---------------------------------------
-----------------------------------------------------
Outcome :
·         Meningkatnya fungsi kognitif responden
·         Meningkatnya kualitas hidup responden
·         Perbaikan perasaan responden
Latihan fisik dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif dari anggota gerak tubuh karena dengan melakukan latihan fisik sel-sel dalam tubuh akan melakukan metabolisme dan melakukan sekresi sehingga selain meningkatkan kognitif juga meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan efek lain dari latihan fisik adalah memperbaiki perasaan dari depresi menjadi riang dan bahagia, karena dengan melakukan latihan fisik otak mengeluarkan sejenis neurotransmiter yang berfungsi mengatur kerja otak, apabila serotonin menurun makan kita akan mengalami depresi. Selain latihan fisik serotonin juga bisa ditingkatkan dengan makan yang bergizi, mengkonsumsi vitamin, serta melakukan hal-hal yang menyenangkan. (Jalaluddin Rakhmat, 2010)
c. Kelebihan - Kelemahan penelitian
·         Kelebihan
Penelitian ini mudah dilakukan karena memakai cara yang mudah, dan sumber daya penelitiannya pun tidak sulit didapatkan.
·         Kelemahan
Terlalu sedikitnya responden yang ada sehingga mempersulit penelitian

d. Manfaat Hasil Penelitian bagi Keperawatan
·         Manfaat Praktis
Bisa digunakan oleh perawat-perawat di Indonesia apabila ingin melakukan perawatan klinis pada pasien dengan Multiple Sclerosis, karena mudahnya mendapatkan sumber daya yang diperlukan
·         Manfaat Teoritis
Perawat dapat menggunakan teori penelitian ini sebagai pedoman perawatan untuk pasien dengan Multiple Sclerosis, khususnya untuk perawatan klinisnya.








BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
            Multiple Sclerosis atau MS adalah salah satu penyakit sistem syaraf pusat (otak dan jaringan syaraf sum-sum tulang belakang) akibat  kerusakan myelin. Myelin adalah materi yang melindungi syaraf, berfungsi seperti lapisan pelindung pada kabel listrik dan memudahkan syaraf untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi pengiriman impuls inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat, dan terkoordinasi dilakukan hanya dengan sedikit upaya. Pada MS, kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan ‘pesan’ ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang. Penyebab penyakit ini masih tidak jelas dan para ahli menduga bahwa penyebabnya adalah autoimun, yaitu sistem kekebalan yang fungsinya menjadi abnormal sehingga menyerang sel-sel tubuh yang sehat, namun pada kasus MS ini bagian tubuh yang diserang sangat spesifik yaitu myelin.
            Penelitian ini mengambil responden sebanyak 9 orang dari Kota Dallas, Texas. Peneliti menggunakan intervensi yang antara lain :
·         Sesi 2-17 terdiri dari latihan aerobik standar bagi individu untuk mengukur tingkat kehalusan gerakan responden.
·         16 sesi dilakukan di universitas wanita di Texas sebanyak 2 kali seminggu selama 8 minggu.
·         Latihan dilakukan selama 30 menit, 15 menit pertama latihan ekstremitas atas dan 15 menit terakhir latihan menggunakan tredmill
·         Latihan aerobik sebagai uji untuk menetapkan jenis olahraga yang cocok dan untuk menjaga keamanan responden selama latihan.
·         Latihan dimulai dengan pemanasan terlebih dahulu dan diakhiri dengan pendinginan.
·         Untuk menilai kemajuan individu dalam latihan aerobik, ketahanan dan kecepatan latihan, tingkat kesulitan disesuaikan menggunakan Rating of Perceived Exertion (RPE) dengan nilai skala 22, sepanjang sesi latihan.
·         Denyut jantung dan tekanan darah selalu dalam pengawasan selama latihan berlangsung untuk memastikan keamanan responden.
Hasil dari intervensi tersebut adalah antara lain :
·         Meningkatnya fungsi kognitif responden
·         Meningkatnya kualitas hidup responden
·         Perbaikan perasaan responden



4.2 Saran
1. Dapat digunakan di Indonesia sebagai salah satu alternatif perawatan bagi penderita Multiple Sclerosis. Khususnya dalam manajemen klinisnya.
2. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap hasil penelitian ini, serta tentang perubahan emosi dan tingkat stres pada pasien dengan Multiple Sclerosis.



















LAMPIRAN



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar