BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Multiple
Sclerosis (MS) adalah penyakit sistem saraf pusat akibat kerusakan myelin,
myelin adalah materi lemak yang melindungi saraf sehingga respon saraf menuju
otak atau sumsum tulang belakang berjalan dengan lancar. MS sendiri belum
diketahui pasti apa penyebabnya, saat ini para ahli menduga bahwa MS disebabkan
oleh respons abnormal dari sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi
tubuh dari benda asing atau antigen malah balik menyerang tubuh (dalam kasus
MS, bagian yang terserang sangat spesifik yaitu myelin) sehingga sel-sel sehat
tubuh mengalami kerusakan dan tidak berfungsi dengan baik.
Menurut
survei penderita MS paling banyak adalah wanita dari pada pria, MS sendiri
bukanlah penyakit keturunan, namun seorang anak yang dilahirkan oleh orang tua
yang menderita MS memiliki risiko tinggi terjangkit MS. Umumnya MS menyerang di
usia muda yaitu umur 22 – 39 tahun, namun tidak tertutup kemungkinan anak kecil
ataupun lansia bisa terkena penyakit ini.
Survei
terbaru menunjukkan bahwa penderita MS di dunia meningkat 10% dalam kurun waktu
lima tahun terakhir, dan hingga kini penderita MS mencapai 2,3 juta jiwa di
seluruh dunia. Saat ini negara-negara maju di dunia mulai meningkatkan tenaga
medis dan teknologi untuk membantu penderita MS, namun sayangnya untuk negara
berkembang bantuan-bantuan seperti itu tidak mencukupi untuk membantu
masyarakatnya yang menderita MS.
Karena
masalah tersebut di atas kami memilih jurnal ini, dengan harapan mampu membantu
para penderita MS di Indonesia untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang lebih
baik dan bagi penderita MS khususnya dapat berguna untuk meningkatkan kualitas
hidup mereka
1.2 Tujuan
Penulisan
·
Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area keperawatan
terkait dengan penyakit Multiple Sclerosis (MS)
·
Memberikan penjelasan tentang temuan terbaru atau inovasi di dunia
keperawatan bagaimana cara meningkatkan kualitas hidup, kognitif dan
memperbaiki mood menggunakan latihan fisik berupa aerobik dan tredmill.
·
Meningkatkan critical thinking tentang manfaat hasil
penelitian ini bagi penderita Multiple Sclerosis bagi dunia keperawatan.
BAB II
JURNAL PENELITIAN
Aerobic Exercise in People with Multiple
Sclerosis Its Feasibility and Secondary Benefits
(Latihan aerobik untuk Orang dengan multiple Sclerosis
Kelayakan dan Manfaat Sekundernya)
Kelayakan dan Manfaat Sekundernya)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Penelitian
a. Judul Penelitian
Aerobic Exercise in People with Multiple
Sclerosis Its Feasibility Ana Secondary Benefits (Latihan
aerobik untuk Orang dengan multiple Sclerosis Kelayakan dan
Manfaat Sekundernya)
b. Pengarang
Chad Swank, PT, PhD, NCS;
Mary Thompson, PT, PhD, GCS;
Ann Medley, PT, PhD, CEEAA
c. Sumber
d. Major/
Minor subject (Key Words)
Aerobic exercise, Multiple Sclerosis, Improvement Mood, Cognitive Function
e. Abstract
The aims of
this study were to explore the feasibility of structured aerobic exercise
followed by a periode of unstructured physical activity and determine the impact of
such exercise on cognition, mood, Ana quality of life in people with
multiple sclerosis (MS). A convenience sample of 9 individuals with relapsing-remitting
MS performed 30 minutes of aerobic exercise (upper- and lower-extremity
ergometry Ana treadmill ambulation) twice weekly for 8 weeks, followed by 3
months of unstructured physical activity. Eight participants completed the
intervention and posttest; 6 returned for the 3-month follow-up.
Cardiovascular finess, cognition, mood (measured with the Beck Depression
Inventory–II; BDI-II), and quality of life (measured with the Multiple
Sclerosis Quality of Life–54; MSQOL-54) were assessed. Participants
completed 27.9 minutes of exercise per session, with an 85.1% attendance rate.
Evaluation using the Wilcoxon signed rank test revealed no deleterious effects
and improved results on the BDI-II and MSQOL-54 mental subscale.
Analysis of change scores using the one-sample t test revealed that the
BDI-II and MSQOL-54 were changed from zero after structured exercise, baut only
the BDI-II maintained improvement after unstructured physical activity. Further
analysis of BDI-II subscales revealed that improvement occurred only in
the Somato-Affective subscale. In this study, program feasibility was
demonstrated in several ways. There were no declines in cognitive function
over the 5-month period. Despite unchanged cognitive function, participants may
value The improved mood enough to continue both the structured and
unstructured physical activity. The rol of unstructured physical
activity in concert with periodic structured exercise programs merits further
investigation.
f. Tanggal Publikasi
23
September 2013
3.2 Deskripsi penelitian berdasarkan metode PICO:
a. Tujuan penelitian
Membantu
penderita Multiple Sclerosis dalam meningkatkan fungsi kognitif, peningkatan
mood, dan perbaikan kualitas hidup menggunakan latihan fisik berupa aerobik dan
tredmill.
b. Desain penelitian
Studi real eksperimen
c. Analisis PICO dan Critical Thingking
Analisis
PICO
|
Critical
Thinking
|
Populasi :
·
9
orang responden dari Dallas, Texas. Menyelesaikan pre-test
·
8
orang yang menyelesaikan intervensi dan pos-test
·
6
orang yang bisa melakukan tindak lanjut selama 3 bulan berikutnya
Kriteria Populasi
·
Terdiri
dari 7 pria dan 2 wanita
·
Berumur
29-55 tahun
·
Memiliki
penyakit Multiple Sclerosis (MS)
·
Memiliki
durasi kekambuhan MS rata-rata 3 kali dalam setahun
·
berkulit
putih dan orang Afrika-Amerika
|
Kriteria
Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari satu populasi target
yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman
dalam menentukan kriteria inklusif. (Nursalam.
2008.)
Multiple Sclerosis atau MS adalah
salah satu penyakit sistem syaraf pusat (otak dan jaringan syaraf sum-sum
tulang belakang) akibat kerusakan
myelin. Myelin adalah materi yang melindungi syaraf, berfungsi seperti
lapisan pelindung pada kabel listrik dan memudahkan syaraf untuk mengirim
impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi pengiriman impuls inilah yang
memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat, dan terkoordinasi
dilakukan hanya dengan sedikit upaya. Pada MS, kerusakan myelin (demyelinasi)
menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan ‘pesan’ ke
dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak
seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini
tampak pada otak dan tulang belakang. Penyebab penyakit ini masih tidak jelas
dan para ahli menduga bahwa penyebabnya adalah autoimun, yaitu sistem
kekebalan yang fungsinya menjadi abnormal sehingga menyerang sel-sel tubuh
yang sehat, namun pada kasus MS ini bagian tubuh yang diserang sangat
spesifik yaitu myelin. (Fransisca, 2008)
|
Intervensi :
·
Studi
percontohan ini berlangsung selama 5 bulan
·
Di
bagi menjadi 2 komponen utama yaitu latihan aerobik selama 8 minggu dan latihan
fisik umum selama 3 bulan
·
Perlakuan
ini terdiri dari 19 sesi
·
Sesi
1 adalah pemberian pre-tes pada seluruh responden
·
Sesi
2-17 adalah pemberian latihan aerobik selama 8 minggu
·
Latihan
aerobik ini dilakukan sebanyak 2x seminggu selama 8 minggu
·
Bertempat
di Universitas Woman of Texas
·
Latihan
ini dilakukan selama 30 menit, 15 menit adalah senam aerobik untuk
menggerakkan ekstremitas atas dan bawah, 15 menit terakhir digunakan untuk
latihan ambulasi tubuh dengan menggunakan tredmill.
·
Pada
saat latihan peneliti selalu mengawasi tanda-tanda vital responden untuk
keamanan
·
Sesi
18 adalah pemberian pos-tes
·
Setelah
itu responden melakukan latihan fisik tanpa asuhan dari peneliti
·
Sesi
19 adalah tes tindak lanjut, sesi ini tidak ada latihan atau kegiatan khusus
dari peneliti, hanya rekomendasi untuk berpartisipasi dalam latihan fisik di
masyarakat.
|
Latihan fisik atau exercise adalah gerakan tubuh yang
direncanakan, restruktur dan berulang. Untuk memelihara atau meningkatkan
kebugaran fisik. Rekomendasi latihan fisik per hari adalah 30 menit per hari,
namun ada juga sumber lain yang merekomendasikan untuk latihan fisik per hari
adalah 60 menit per hari. (Michael et al, 2009)
|
Compare
: ---------------------------------------
|
-----------------------------------------------------
|
Outcome :
·
Meningkatnya
fungsi kognitif responden
·
Meningkatnya
kualitas hidup responden
·
Perbaikan
perasaan responden
|
Latihan fisik dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif dari
anggota gerak tubuh karena dengan melakukan latihan fisik sel-sel dalam tubuh
akan melakukan metabolisme dan melakukan sekresi sehingga selain meningkatkan
kognitif juga meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan efek lain dari latihan
fisik adalah memperbaiki perasaan dari depresi menjadi riang dan bahagia,
karena dengan melakukan latihan fisik otak mengeluarkan sejenis
neurotransmiter yang berfungsi mengatur kerja otak, apabila serotonin menurun
makan kita akan mengalami depresi. Selain latihan fisik serotonin juga bisa
ditingkatkan dengan makan yang bergizi, mengkonsumsi vitamin, serta melakukan
hal-hal yang menyenangkan. (Jalaluddin Rakhmat, 2010)
|
c. Kelebihan - Kelemahan penelitian
·
Kelebihan
Penelitian
ini mudah dilakukan karena memakai cara yang mudah, dan sumber daya
penelitiannya pun tidak sulit didapatkan.
·
Kelemahan
Terlalu
sedikitnya responden yang ada sehingga mempersulit penelitian
d. Manfaat Hasil Penelitian bagi Keperawatan
·
Manfaat
Praktis
Bisa
digunakan oleh perawat-perawat di Indonesia apabila ingin melakukan perawatan
klinis pada pasien dengan Multiple Sclerosis, karena mudahnya mendapatkan
sumber daya yang diperlukan
·
Manfaat
Teoritis
Perawat
dapat menggunakan teori penelitian ini sebagai pedoman perawatan untuk pasien
dengan Multiple Sclerosis, khususnya untuk perawatan klinisnya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Multiple Sclerosis atau
MS adalah salah satu penyakit sistem syaraf pusat (otak dan jaringan syaraf
sum-sum tulang belakang) akibat
kerusakan myelin. Myelin adalah materi yang melindungi syaraf, berfungsi
seperti lapisan pelindung pada kabel listrik dan memudahkan syaraf untuk
mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi pengiriman impuls
inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat, dan
terkoordinasi dilakukan hanya dengan sedikit upaya. Pada MS, kerusakan myelin
(demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan
‘pesan’ ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi)
tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka
ini tampak pada otak dan tulang belakang. Penyebab penyakit ini masih tidak
jelas dan para ahli menduga bahwa penyebabnya adalah autoimun, yaitu sistem
kekebalan yang fungsinya menjadi abnormal sehingga menyerang sel-sel tubuh yang
sehat, namun pada kasus MS ini bagian tubuh yang diserang sangat spesifik yaitu
myelin.
Penelitian ini mengambil responden sebanyak 9 orang dari
Kota Dallas, Texas. Peneliti menggunakan intervensi yang antara lain :
·
Sesi 2-17
terdiri dari latihan aerobik standar bagi individu untuk mengukur tingkat
kehalusan gerakan responden.
·
16 sesi
dilakukan di universitas wanita di Texas sebanyak 2 kali seminggu selama 8
minggu.
·
Latihan
dilakukan selama 30 menit, 15 menit pertama latihan ekstremitas atas dan 15
menit terakhir latihan menggunakan tredmill
·
Latihan aerobik
sebagai uji untuk menetapkan jenis olahraga yang cocok dan untuk menjaga keamanan
responden selama latihan.
·
Latihan dimulai
dengan pemanasan terlebih dahulu dan diakhiri dengan pendinginan.
·
Untuk menilai
kemajuan individu dalam latihan aerobik, ketahanan dan kecepatan latihan,
tingkat kesulitan disesuaikan menggunakan Rating of Perceived Exertion
(RPE) dengan nilai skala 22, sepanjang sesi latihan.
·
Denyut jantung
dan tekanan darah selalu dalam pengawasan selama latihan berlangsung untuk
memastikan keamanan responden.
Hasil dari intervensi tersebut adalah antara lain :
·
Meningkatnya fungsi kognitif responden
·
Meningkatnya kualitas hidup responden
·
Perbaikan
perasaan responden
4.2 Saran
1. Dapat digunakan di Indonesia sebagai salah satu
alternatif perawatan bagi penderita Multiple Sclerosis. Khususnya dalam
manajemen klinisnya.
2. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
terhadap hasil penelitian ini, serta tentang perubahan emosi dan tingkat stres
pada pasien dengan Multiple Sclerosis.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar